Setelah pergi ke Muara Gembong Bekasi Utara, dan melihat langsung kondisi hutan mangrove kita yang tak terkelola dengan baik, ingin rasanya saya mengadakan acara jambore blogger Indonesia ke hutan Mangrove. Di sana kita bisa melihat dari dekat kondisi tanaman Mangrove yang unik, lalu bersama-sama menanam bibitnya agar tumbuh subur di pesisir pantai. Wisata Mangrove akan menghiasi berita-berita di ibukota.
[caption id="attachment_113000" align="aligncenter" width="533" caption="Hutan Mangrove di Muara Gembong"][/caption]
Abrasi adalah hal yang sangat menakutkan dan hilangnya kampung di sana sungguh menyedihkan. Sementara pemerintah setempat seperti cuek bebek dengan keadaan ini. Tinggallah kesedihan yang tak bertepi dari para penduduk yang sebagian besar adalah nelayan. Merekapun bertahan dengan ganasnya kehidupan laut yang mulai tercemar dengan limbah industri.
Pohon mangrove pun akhirnya tak terkelola dengan baik. Padahal pohon ini sangat berjasa bagi kehidupan manusia di pinggir pantai. Pohon mangrove berjasa menahan abrasi dan tsunami. Perlu ada gerakan penghijauan kembali tanaman mangrove agar tak punah dan mampu menahan abrasi yang tiada henti. Lebih dari 20 ha luas daratan hilang di Muara Gembong, dan sekitar 3 km pesisir pantai tenggelam oleh air laut. Kita pun menyaksikan puing-puing rumah penduduk yang ditinggalkan oleh penghuninya. Kita bisa membaca tulisan Bang Komar di http://green.kompasiana.com/iklim/2011/06/09/lenyapnya-kampung-kami/
[caption id="attachment_112998" align="aligncenter" width="533" caption="Melihat Langsung Hutan Mangrove"][/caption]
Saya kembali termenung. Berpikir keras mewujudkan ide jambore blogger Indonesia ke hutan Mangrove. Kita bisa menginap di rumah-rumah penduduk yang ramah. Kita pun bisa mendengarkan cerita mereka yang bertahan hidup di tepi pantai. Muara gembong menjadi tempat unik tersendiri. Wisata mangrove akan anda dapatkan bila naik perahu kecil dengan ongkos Rp. 20.000 per orang dari tanjung Priok.
Saya bermimpi bisa mengajak teman-teman blogger Indonesia ke sana. Ngeblog di tengah laut, dan melihat ikan dan udang menari-nari sambil bernyanyi. Mungkin ada kisah sedih yang mereka lantunkan kalau kita memahami bahasa ikan dan udang. Limbah industri membuat ikan dan udang mati, dan mereka para petani tambak pun mengalami penurunan hasil yang bisa dibagikan untuk keluarga tercinta.
[caption id="attachment_112999" align="aligncenter" width="533" caption="Ngeblog di tengah laut dalam saung pasti nikmat"][/caption]
Sebagai seorang blogger kita harus peduli dengan kehidupan mereka. Duka mereka adalah duka kita. Kondisi jalan yang parah dan kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap fasilitas yang ada membuat daerah ini kurang terjamah oleh mereka yang sudah merasakan empuknya kekuasaan.
Mereka berharap tak ada lagi limbah dibuang seenaknya, dan kawasan teluk menjadi kawasan hijau yang dipenuhi oleh pohon mangrove yang unik. Keunikan itu terlihat dari tumbuhnya tanaman Mangrove di air yang asin. Jangan sampai ada lagi kegiatan industri yang membuang limbah seenaknya ke tempat ini, dan budidaya tambak ikan dan udang harus meningkat di daerah ini agar ekonomi penduduknya terangkat. Itulah sedikit pesan yang saya tangkap dari pak Darman.
[caption id="attachment_113002" align="aligncenter" width="336" caption="Pak Darman ketua kelompok Laskar Nelayan"][/caption]