Games Counter Strike
Saya memperhatikan peserta didik saya yang anteng sekali bermain games. Games counter strike (cs) telah membuat dirinya asyik berada dalam permainan itu. Di rumah kedua anak saya juga demikian. Mereka lebih menyukai games daripada dunia tulis menulis. Kata mereka, "main games asyik!".
Games memang asyik, menarik, dan menyenangkan. Siapapun akan terhibur dengan permainan ini. Apalagi anak-anak digital native, mereka memang hidup di zaman games. Zaman yang penuh animasi. Para pembuat games dituntut kreatif, dan inovatif agar games yang mereka buat menarik hati para digital native ini.
Dunia kita orang dewasa memang berbeda dengan dunia mereka. Dunia mereka masih dipenuhi oleh impian, dan harapan. Games membuat mereka menjadi super hero atau pemenang. Bila menang menjadi semakin ketagihan, dan bila kalah menjadi penasaran. Apalagi bila sudah mencapai level tertinggi, maka ada kebanggaan yang mereka lontarkan. Merekapun akan menganggap dirinya hebat karena sudah mencapai level tertinggi itu. Sebab untuk menggapainya tidaklah mudah. Perlu konsentrasi tersendiri.
Namun ada keresahan juga kita sebagai orang tua, apalagi saya sebagai seorang pendidik. Games itu bagus, dan melatih kecerdasan, dan kecepatan anak dalam permainan yang dibuat oleh para pembuat games. Tetapi kitapun harus mampu menjadi pemandu mereka, jangan sampai mereka lupa waktu dan ketagihan sehingga menjadi malas belajar. Mereka pun pada akhirnya menjadi generasi yang rabun membaca, dan lumpuh menulis.
Para aktivis pendidikan diminta kreatif untuk membuat games-games yang berbau pendidikan agar mereka menjadi belajar sambil bermain, dan bermain sambil belajar. Banyak kalangan dunia usaha yang sudah membuat games-games seperti itu, seperti dari pesona edu, dan dari pustekkom kemdiknas.
Games jelas ada plus minusnya. Ajaklah anak kita untuk berdialog tentang plus minus games dalam kacamata mereka. Biarkan mereka mengeksplore sendiri dampak baik dan buruk dari games. Baik yang online maupun yang offline. Biarakan mereka untuk menceritakan pengalaman mereka, dan pelan-pelan kita luruskan dari pengalman mereka itu. Ajak mereka berpikir dampak negatif dan positif untuk diri mereka sendiri, dan biarkan mereka mandiri untuk menemukan dampak buruk dari terlalu lama bermain games.
Sebagai orang tua kita tak bisa melarang mereka bermain games, sebab mereka hidup dalam alam digital. Mereka adalah para penduduk asli di dunia digital. Kenapa kita tak juga mencoba bermain games, dan merasakan kenikmatan seperti mereka. Kita pun akan mengatakan, "main games itu seru dan melatih imaginasi". Persis sama apa yang mereka katakan.
Akhirnya, sebagai orang tua tentu kita harus selalu mengawasi dan memberi arahan kepada mereka agar tak terlalu lama dalam dunia games. Para guru dituntut kreatif agar pembelajaran menjadi interaktif dimana siswa dan guru sama-sama belajar. Komunikasi harus dua arah, dan buatlah anak seperti pemain games yang mampu bermain, dan memenangkan permainan dengan penuh minat yang tinggi, dan suasana yang menyenangkan. Para guru harus mampu membangun sebuah pembelajaran yang menyenangkan sehingga potensi kreatif siswa tergali dengan sendirinya.
Games telah membuat saya sebagai guru melakukan refleksi diri bahwa pembelajaran yang saya lakukan haruslah menyenangkan peserta didik, dan menarik hatinya untuk berinteraksi dengan materi yang diajarkan. Games memang menarik, dan menantang, saya pun asyik dalam permainan games online yang menyenangkan, bagaimana dengan anda?
Salam blogger Persahabatan Omjay Http://wijayalabs.com