Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Selamat Datang Aktivitas Belajar C-Generation

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="http://bloggerbekasi.com/wp-content/uploads/2011/01/IMG_0224.jpg"][/caption] Memasuki awal tahun 2011, maka tantangan bagi dunia pendidikan amatlah berat. Para pendidik harus mampu memperbaiki cara mengajarnya dari pembelajaran dengan paradigma lama menuju baru. Sebab saat ini kita telah menghadapi peserta didik yang disebut digital native atau penduduk asli dalam dunia digital. Kita pun harus mengucapkan selamat datang aktivitas belajar C-Generation.

Dalam aktivitas belajar C-Generation, aktivitas belajar tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Para guru dituntut untuk mampu membangun konten-konten edukatif yang membuat para peserta didiknya menjadi kreatif. Salah satunya adalah membangun blog sebagai media pembelajaran.

Di dalam blog guru itu, semua penugasan, materi singkat maupun padat dituliskan di sana. Terjadilah diskusi dan komunikasi dua arah antara guru dan murid. Dimana para murid mampu memberikan tanggapan dari apa yang dituliskan oleh para guru.

Para peserta didik akan dengan mudah mengakses darimana saja dan kapan saja. Mereka bisa mengakses dari rumah melalui laptop atau handphone mereka. Berbagai peralatan canggih seperti ipad dan netbook yang mungil tentu sangat digemari mereka dalam pemanfaatannya. Terjadilah connecting and sharing antara pendidik dan peserta didiknya di era netizen ini.

Para guru harus bisa memasukkan atau mengupload file-file video ke dalam http://youtube.com. Semua materi pembelajaran dibuat dalam bentuk film dan di sinilah kreativitas para guru diuji. Bila guru kreatif, maka akan ada sebuah produk pembelajaran baru yang pada akhirnya mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan untuk semua.

Contohnya adalah seorang guru sejarah SMA yang bernama pak Mustakim dari Gresik. Beliau membuat film tentang Sunan Gresik. Hasil dari pembuatan filmnya dimasukkan ke dalam youtube dan dicopykan juga dalam bentuk kepingan CD. Anak-anak bisa menonton film itu kapan saja, dan dimana saja. Alhasil, hasil pembuatan filmnya membawa berkah. Film sejarah yang disingkat FARAH beliau ikutkan dalam lomba keberhasilan guru di tingkat nasional, dan alhamdulillah mendapatkan juara pertama di tahun 2008. Beliau adalah teman sekamar saya ketika menjadi finaslis LKGDP di 2008.

Apa yang telah dilakukan pak Mustakim adalah salah satu contoh bentuk aktivitas belajar C-Generation. Beliau pun mengajari para siswanya untuk membuat dan mengupload file-file video ke dalam youtube.

Beliau contohkan bagaimana jojo dan shinta dengan keong racunnya di Bandung menjadi terkenal karena mampu mengupload video yang heboh di internet. Juga penyanyi muda Amerika Serikat Justin Biber yang menjadi terkenal karena seringnya memasukkan apa yang telah dinyanyikannya dalam video online yang bernama youtube.com.

Aktivitas pembelajaran lainnya juga dapat dilakukan melalui facebook dan twitter. Para guru harus mampu melakukan diskusi dengan para peserta didiknya melalui media ini. Seperti ibu Herfen Suryati, seorang guru Biologi SMA yang telah berhasil memanfaatkan facebook. Berbagai penghargaan akhirnya diraihnya dan menjadi guru inovator dalam aktivitas pembelajaran C-Generation.

Dalam aktivitas belajar C-Generation para guru diharpkan mampu membuat pengayaan materi yang dibuat dalam bentuk jurnalonline yang terhubung dengan google books dan memudahkan siswa dalam pencariannya. Dengan  demikian, para siswa atau peserta didik tidak hanya diajarkan cara mencari informasi saja, tetapi juga dilatih untuk menciptakan informasi di internet.

Tentu para peserta didik harus dilatih kreatif dalam menulis, dan para guru diharapkan mampu juga ungtuk menulis. Sayangnya, kenyataan di lapangan pada saat ini masih banyak guru yang belum mampu menulis dengan baik, dan berakibat pula tak mampu mengajari para peserta didiknya untuk bisa menulis. Para peserta didik pada akhirnya hanya mampu mencari informasi di internet saja, dan bukan pembuat informasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline