Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Sebuah Perenungan Diri di Malam Takbiran 1431H

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1289926212573086970

Pencacahan Daging Qurban di Labschool Jakarta

Malam ini saya merenung. Besok lebaran idul adha 1431H. Hampir sebagian besar umat Islam di Indonesia merayakannya besok hari, Rabu 17 November 2010.  Gema takbir telah berkumandang dimana-mana. Bahkan dari sejak pagi warga Muhammadiyah telah melaksanakan sholat Idul Adha dengan iringan takbir dan ucapan zikir kepadaNya. Gemetar rasanya hati ini bila mendengarnya. Ciut hati ini bila terdengar suara takbir menggema di mana-mana. Terbayang-bayang dosa-dosaku, dan kuberharap mendapatkan pengampunan dariMu.

Malu rasanya diri ini. Lebih banyak memikirkan diri sendiri. Kurang perhatian kepada nasib orang lain yang dirundung duka. Idul Adha telah mengajarkan kita untuk peduli kepada sesama. Memberikan daging qurban dari hewan yang kita qurbankan.

1289926932954876224

Mereka Antri Mengambil daging Qurban

Tadi sore, alhamdulillah telah terpilih seekor kambing sehat dan sesuai syar'i yang akan kupotong esok hari. Kupandangi kambing itu. Lamaaaaa... sekali. Ada ikatan papan nama bertengger dikalungnya. Oleh panitia penyembelihan Qurban diberinya nama WIJAYA, dengan huruf besar sebagai pertanda itu adalah kambing yang akan kukorbankan esok hari.

Semoga ini bukti cintaku kepada Ilahi Robbi. Sebagaimana dulu Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah melaksanakannya. Sebuah kisah yang sungguh mengharukan, dan dituliskan dalam kitab suci Al-Qur'an.

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu?" ia menjawab: "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Q.S. Ash-Shoffat (37):102)

Kisah nabi Ibrahim dan nabi ismail adalah pengambaran cinta kasih antara seorang hamba dengan Tuhannya. Seorang ayah kepada anaknya dan seorang anak kepada ayahnya. Namun yang paling penting diketahui, bahwa di sana ada cinta seorang hamba kepada Tuhannya yang telah menciptakannya. Kecintaannya kepada Allah jauh melampaui cintanya kepada yang lainnya. Baginya, Allah adalah Tuhan yang harus dicintai dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa, meskipun dirinya harus mengorbankan anak kesayangannya.

Terkadang manusia itu sombong lagi membanggakan diri. Mereka lupa akan asalnya. Mereka lupa bahwa dirinya adalah seorang pengembara yang singgah sebentar, lalu pergi kembali. Dari mana mau kemana. Banyak manusia yang terlupa akan tujuan hidupnya. Bahkan banyak menumpuk-numpuk harta demi mengekalkan dirinya hidup di dunia. Sifat pelit dan kikir telah membawanya menjadi manusia yang rakus dan enggan untuk berkurban. Padahal hartanya cukup untuk berkurban.

Semoga saya dan anda tak seperti manusia yang sombong itu. Berusaha dengan sekuat tenaga untuk terus mencari ridho Ilahi. Berusaha dengan segenap tenaga mengatasi berbagai MASALAH dengan menjadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline