Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Semaput Harus Lebih Dihidupkan Di Sekolah-sekolah Kita

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_226174" align="alignleft" width="448" caption="Semaput Harus Lebih Dihidupkan Di sekolah-sekolah Kita"][/caption]

Semangat Merah Putih atau Semaput harus lebih dihidupkan di sekolah-sekolah kita. Hal ini terlihat dari realitas di lapangan, ketika melihat para peserta didik kurang begitu bersemangat menyambut hari kemerdekaan bangsanya.

Padahal, bila kita melihat peringatan hari besar negara lain, banyak sekali generasi penerus bangsa itu yang memeriahkannya dengan berbagai kreativitas tinggi. Semangat merekapun seperti api yang terus membara.

Mungkin ini hanya kekhatiwan semu dari saya sebagai seorang pendidik. Namun dari hasil pengamatan penulis di berbagai kota di Indonesia, semangat merah putih ini kian memudar seiring memudarnya kepemimpinan nasional kita. Rakyat sudah mulai tak percaya dengan pemimpinnya karena masalah yang dihadapi rakyat harus diselesaikan sendiri tanpa kehadiran seorang pemimpin.

Semangat merah putih benar-benar semaput (baca pingsan) di negeri sendiri. Tak ada mobilitas tinggi dari para anak negeri untuk menghargai jasa para pahlawan bangsa yang gugur di medan laga. Mungkin kita hanya menjadi orang-orang egois, dimana kepentingan pribadi lebih menonjol daripada kepentingan umum. Hal yang paling mudah sekali terlihat adalah lemahnya kreativitas para generasi penerus bangsa dalam memeriahkan hari kemerdekaannya sendiri. Mereka seperti orang tua yang peyot dan tak mampu berjalan lagi. Berjalan tertatih-tatih dan harus dipegangi ketika dia berjalan. Tak ada lagi kemandirian di sana. Hidup pun hanya bergantung kepada orang lain.

Wahai para generasi muda harapan bangsa. Maukah anda dihina sebagai orang tua peyot? Bila anda tak mau terhina, mari berkreativitaslah memeriahkan hari kemerdekan ini dengan semangat merah putih yang membara. Jangan biarkan dirimu seperti robot yang hanya bisa bergerak setelah remote control diaktifkan. Dirimu harus seperti seorang gatot kaca yang berotot kawat dan bertulang besi. Tetap melestarikan budaya bangsa yang hampir dijilat habis oleh Doraemon dan Supermen.

Bangsa ini memang masih belum merdeka. Belum merdeka dari kebebasan berkreativitas, karena para pemimpinnya masih hidup dalam golongannya sendiri saja. Belum menjadi pandito ratu yang diharapkan oleh semua lapisan masyarakat yang sudah bosan mendengar gas elpiji meletus setiap hari, reformasi yang kebablasan, demokrasi yang menyimpang, dan kesulitan rakyat kecil yang kian sulit bertahan hidup dalam hukum rimba yang tak terelakkan.

Oleh karena itu, mari kita hidupkan kembali semangat merah putih atau semaput di sekolah-sekolah kita. Mari kita persiapkan para generasi muda yang lebih baik dari para pendahulunya. Kita persiapkan geerasi yang hilang itu menjadi generasi anti korupsi yang siap mati membela kebenaran dan melawan kebatilan. Jujur, adil, dan tegas seperti yang dituliskan artis gaek, Om Pong Haryanto di atap gedung DPR/MPR.

Semaput harus lebih dihidupkan di sekolah-sekolah kita dengan berbagai cara. Cara yang paling ampuh adalah melatih mereka untuk sebuah perjuangan yang harus mereka gapai dengan kerja keras dan usaha yang tak kenal lelah.  Rekrutmen pengurus OSIS/MPK di sekolah harus diarahkan agar para peserta didik mengerti arti sebuah perjuangan dan memahami betul kemerdekaan yang harus dijaga dan dilestarikan. Mereka pun memahami betapa pentingnya sebuah kolaborasi pada abad ini. Di situlah akan terbentuk karakter siswa yang akan berdampak pula pada karakter bangsa.

Karakter bangsa akan terbangun bila kita mampu merajut kebersamaan sebagai sebuah bangsa yang majemuk. Jangan biarkan negeri ini hancur karena kita tak mampu merajut persatuan dalam kerangka bhinneka tunggal ika. Kita lakukan napak tilas untuk mengenang kembali semangat para pendahulu kita untuk mengusir penjajah dari negeri Indonesia. Buatlah pemimpin bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta tersenyum di alam kuburnya. Mereka harus tersenyum melihat para penerusnya mampu mempertahankan semaput dengan berbagai kegiatan positif.

Jiwa kegotongroyongan yang menjadi warisan budaya bangsa harus terus dilestarikan. Para guru harus mampu menanamkan jiwa kegotongroyongan  dalam bentuk kegiatan kreatif untuk memeriahkan hari kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-65. Bukan hanya sekedar upacara ritual langsung pulang, namun perlu dipikirkan untuk membuat program kegiatan yang bisa dinikmati oleh semua stake holder di sekolah sehingga kebermaknaan hari kemerdekaan itu terasakan dalam hati sanubari siswa yang terdalam. Merekapun mampu menangkap untuk menterjemahkan semaput dalam kehidupannya sehari-hari. Bila itu telah terbentuk dalam budaya sekolah yang kuat, maka berbagai kegiatan itu akan membentuk karakter siswa yang tidak hanya mencerdaskan otak, tetapi juga watak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline