Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Ketika Kompasianers Menggugat Blogger Tamu dan Jurnalis

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membaca tulisan teman-teman kompasianers tentang saran dan masukan untuk admin kompasiana dalam menempatkan blog penulis tamu dan blog jurnalis, membuat saya tersulut juga membuat postingan ini.

Apalagi saya masih ingat kalau kang pepih nugraha pernah mengatakan didepan khalayak bahwa di kompasiana tak ada lagi pemisahan blog tamu atau jurnalis dalam wajah baru kompasiana. Semua kompasianers sama. Tetapi belakangan ini, muncul terus blog penulis tamu dan jurnalis. Kemunculan mereka itu semakin membuat iri para kompasianers karena selalu masuk headline. Padahal keterlibatan mereka dalam membesarkan kompasiana terkadang belum terlihat. Itulah beberapa hal yang saya baca dari tulisan teman-teman kompasianers.

Bagi saya yang hanya seorang penghuni rumah "kost" di kompasiana, dan diberi penghargaan sebagai blogger teraktif oleh admin, tentu merasakan juga kenarsisan para blogger tamu dan jurnalis itu. Termasuk kenarsisan saya sendiri yang selalu berupaya menulis terus setiap hari di kompasiana. Narsis memangsudah menjadi penyakit seorang blogger.

Bagi saya secara pribadi, tulisan mereka para penulis tamu dan jurnalis memang bagus-bagus, karena mereka sudah terbiasa menulis. Bahkan saya banyak belajar dari tulisan mereka meski terkadang tak menuliskan komentar. Buat saya, bagi mereka yang sudah berani "nangkring" di penulis tamu dan blog jurnalis adalah mereka-mereka yang memang "pakar" di bidangnya.

Kalaupun ada tulisan yang kurang sreg di hati, yah dilewatkan saja. Gitu aja kok repot-repot!. Kita punya kemerdekaan untuk memilih tulisan mana yang akan kita baca, dan tulisan mana yang akan kita komentari. Seperti halnya kita belanja di supermarket, kita terkadang tak melihat barang bagus yang terpampang di depan counter, tetapi justru malah mencari barang yang letaknya jauh di pojok supermarket.

Kalau kita pernah membaca teori Maslow tentang piramida kebutuhan, maka kebutuhan manusia yang paling tinggi adalah sebuah penghargaan atau aktualisasi diri. Penghargaan atau aktualisasi diri itulah yang kini ingin  dicari oleh para kompasianers. Mereka berusaha sedapat mungkin menampilkan tulisan terbaiknya. Tulisan yang berisi, dan mampu menginspirasi orang lain untuk bisa seperti itu.

[caption id="attachment_275987" align="aligncenter" width="250" caption="Piramida Kebutuhan"][/caption]

Maslow mengatakan bahwa perilaku manusia dimotivasi oleh sesuatu yang mendasar. Secara berurutan dari bawah yaitu fisiologi (makan, minum, seks), rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktulisasi diri. Puncak tertingginya adalah aktualisasi diri.

Dari membaca teori Abraham Maslow (1908-1970) itulah kita sebenarnya sedang belajar menuju piramida yang tertinggi dalam hidup ini. Jadi, kita serahkan saja semuanya kepada para pengelola kompasiana.com. Mereka pasti mendengar, dan membaca uneg-uneg para kompasianers. Mereka akan terus menerus memanjakan kita di rumah sehat kompasiana. saya yakin dan sangat yakin mereka akan terus berusaha memperbaiki kekurangan yang ada, termasuk memperhatikan saran dan masukan dari teman-teman kompasianers tercinta.

So..., ketika kompasianers menggugat blogger tamu dan jurnalis, bagi saya sah-sah saja. Ini adalah bagian dari dinamika demokrasi agar tak ada kasta di kompasiana. Kita pun memiliki kenarsisan yang sama untuk memajukan kompasiana.com yang sebentar lagi akan berulang tahun yang kedua. Kritik dan saran jelas sangat diperlukan untuk perbaikan kompasiana.com ke depan. Kita pun akan melihat terobosan baru dari para pengelola kompasiana di hari ulang tahun kompasiana yang kedua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline