Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Ketika Anak Kita Sakit

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ketika Anak Kita Sakit

Semalaman badan anakku Intan Panas. Mamahnya tak henti-hentinya mengkompres kepalanya agar panasnya turun. Tak lupa pula obat penurun panas diminumkan pada Intan, nama anak pertamaku yang kini sudah hampir berusia 12 tahun bulan Desember nanti. Pagi sebelumnya ia merengek ke mamanya agar bisa pergi  berenang  di tempat kolam renang umum dekat rumah. Mamahnya melihat Intan sudah mulai pilek dan batuk. Tapi dasar anak, dibilang "jangan" tetap aja nggak mau denger. Tetap ngotot ingin berenang. Mamahnya berusaha untuk memberikan pengertian, tetapi bukan ucapan baik yang didapatkan, justru malah umpatan marah karena mamahnya melarang berenang. Semakin dibilang tidak, eh malah ngotot harus berenang pagi itu juga. Membuat aku yang mendengar percakapan mereka geleng-geleng kepala.

Kebetulan hari itu adalah hari minggu, hari dimana banyak orang libur. Termasuk aku, yang tiba-tiba saja diminta oleh kedua anakku (Intan dan Berlian) untuk mengantar mereka berenang di kolam renang komplek perumahan sebelah. Membuat aku tak tega bila sampai menolak keinginan mereka. Tetapi bila melihat kondisi intan yang lagi pilek dan batuk itu, tentu aku tak kuasa mengajaknya berenang. Sebab aku kuatir pilek dan batuknya malah makin kambuh.

Untunglah, istriku sangat peka dengan keadaan anaknya. Ternyata benar badan Intan semakin panas. Bertambah sangat panas membuat kami khawatir bila terjadi sesuatu kepada anakku ini. Sebab waktu kecil  intan pernah kena step, panasnya sangat tinggi dan membuatnya terpaksa dirawat di rumah sakit. Membuat saya dan istri lebih waspada bila anak kita panas. Selalu tersedia obat penurun panas dan alat pengukur suhu tubuh.

Aku menjadi ingat kisah keponakanku. Dulunya anaknya itu lincah dan periang. Tetapi setelah terkena step dan agak terlambat menanganinya, keponakanku itu menjadi tidak normal seperti dulu. Membuat aku turut bersedih merasakan penderitaan mereka. Berupaya keras agar hal itu tak terjadi pada anak-anakku.

Ketika anak kita sakit, sebagai orang tua kita harus ekstra hati-hati. Tinggalkan dulu semua janji dengan orang lain dan fokus kepada si buah hati. Bila kedua orang tuanya sudah memperhatikan anaknya, maka itu adalah sebuah kekuatan bagi si buah hati untuk melawan penyakitnya. Membuat anak menjadi sadar bahwa sehat itu adalah karunia Allah yang harus dijaga. Membuat Intan akhirnya mengaku kalau dia banyak minum es kemarin sore. Membuat badannya panas dan terkena radang. Membuat Mamahnya lagi-lagi ngomel agar Intan jangan minum es dan jajan sembarangan.

Membuat aku mengambil pelajaran bahwa ketika anak kita sakit, maka akan ada komunikasi antara anak dan orang tuanya. Di sanalah terlihat kasih sayang orang tua kepada anaknya.  Anakpun makin merasakan bahwa orang tuanya sangat menyayangi dan mencintai mereka dengan sepenuh hati. Membuatku akhirnya menuliskan ini dengan niat untuk berbagi . Barangkali ada pembaca yang juga mengalami hal yang aku alami. Membuat kita akhirnya saling berinteraksi dan berkomunikasi di rumah sehat kompasiana ini.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline