Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Ketika Mama Pergi

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_209155" align="alignleft" width="300" caption="Ketika Mama Pergi"][/caption]

Hidup berumah tangga itu harus saling berbagi dan saling memahami. Apalagi bila kita sudah punya momongan atau anak. Kita pun dipanggil mama dan papa oleh anak-anak kita. Ada juga sih yang memanggilnya bapak dan ibu, enyak dan babeh, atau umi dan abi. Ada juga yang memanggil mimi dan pipi kayak artis KD dan Anang Hermansyah.

Tapi berbeda halnya dengan kedua buah hatiku, intan dan berlian. Mereka memanggil ibunya dengan sebutan mama dan memanggil bapaknya dengan sebutan ayah.

Hari ini mamanya anak-anak pergi. Pergi untuk suatu urusan bisnis. Bisnis yang membantu menopang kondisi ekonomi keluarga kami. Berbelanja barang dagangan ke pasar tanah abang di Jakarta Pusat.

Sebagai seorang guru yang berpenghasilan tidaklah besar, istriku berusaha keras mengelola uang yang ada menjadi cukup untuk keperluan keluarga. Jadilah istriku berbisnis. Berbisnis kecil-kecilan, karena modalnya memang kecil. Belum bermodal besar seperti para konglemerat itu, yang sangat mudah meminjam uang di bank.

Istriku memang orang yang ulet. Letak dan likak likuk pasar tanah abang sudah terbiasa dilaluinya. Istriku tahu banget tempat dimana barang yang akan dibelinya. Anehnya lagi, istriku itu sangat dikenal oleh preman pasar tanah abang. Kalau istriku membawa barang, maka para preman itu dengan ikhlas membantu istriku. Pokoknya barang-barang itu sampai ke mobil tanpa harus istriku bekerja keras mengangkatnya. Hal itu aku ketahui dari temannya yang pernah ikut berbelanja ke pasar tanah abang.

Pada saat istriku pergi itulah yang membuatku salut sama istriku. Semua pekerjaan telah tuntas dia kerjakan sebelum pergi. Dari urusan dapur sampai tempat tidur, semuanya beres. Tinggallah aku bersama kedua anakku, intan dan berlian yang sangat bawel dengan rumah yang sudah tertata rapih.

Dititipi dua orang anak ternyata bukanlah persoalan sepele. Dari mulai mamanya berangkat, kedua anak ini tak bisa akur. Kakaknya tak mau mengalah dengan adiknya. Adiknya tak mau kalah juga dengan kakaknya. Hanya urusan tempat pensil saja, terkadang menjadi ribut dan membuat saya tak berkonsentrasi dalam menulis di kompasiana yang akan dilombakan hari ini. Belum lagi sulit sekali masuknya. Busyet dah!

Ketika mama pergi, urusan yang biasanya lancar dalam tulis menulis, kini agak sedikit terganggu. Apalagi ketika Berlian anak keduaku meminta dibuatkan susu, dan meminta disuapin pula untuk makan siangnya. Manja sekali anak ini. Tak mau makan sendiri. Alasannya, kalau disuapin ayah makannya serasa nikmat. Berlianpun bisa menambah nasi sampai dua piring.

Begitulah manjanya anakku ini. Sampai-sampai urusan tulis menulis menjadi terhambat lagi. Waduh, kok sulit banget ya posting hari ini???

Selesai makan, kupikir aku bisa menulis kembali untuk kompasiana. Tetapi lagi-lagi berlian minta dibuatkan teh manis hangat. Katanya, teh manis buatan ayah sangat enak rasanya. Begitulah berlian memujiku. Kalau sudah begitu, ya sutralah saya bikinkan teh manis kegemarannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline