Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Ketika Hujan Mengguyur Bumi

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_102502" align="alignleft" width="300" caption="Ketika Hujan Mengguyur Bumi"][/caption]

Semalaman hujan deras dari langit mengguyur bumi. Begitu deras disertai angin yang sangat kencang. Tak pelak lagi, bila hujan deras seperti itu, maka seperti biasanya komplek perumahan kami akan dikepung oleh banjir. Untunglah, banjir hanya sampai di jalanan depan dan tak sampai masuk rumah. Tapi kami para warga komplek tak bisa pergi kemana-mana. Mobil-mobil tetangga tak berani keluar dan tetap dalam garasinya masing-masing menunggu banjir reda.

Banjir lagi, banjir lagi. Sudah menjadi langganan kami setiap tahun. "Maklumlah tinggal di Komplek Angkatan laut, jadi memang harus ada suasana air", begitulah pak RW kami selalu bicara itu menggembirakan warganya yang terkena musibah banjir. Membuat kami menerima musibah banjir menjadi anugrah karena di sanalah kebersamaan terlihat. Masing-masing warga saling tolong menolong, di sanalah terlihat bahwa kita memang makhluk sosial yang selalu tergantung dengan manusia lainnya. Tak bisa menjadi manusia egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Saya menjadi teringat beberapa tahun lalu. ketika banjir masuk rumah sampai sepinggang orang dewasa. kami terpaksa mengungsi ke tetangga depan rumah yang lebih tinggi. Hampir seminggu kami berada di sana, menunggu banjir reda. Bantuan datang dari sana-sini. Ada Indomie dan makanan siap saji lainnya. Betapa bahagianya kami mendapatkan bantuan seperti itu. Di sanalah terasakan betapa indahnya bila kita saling berbagi dan memberi. Mau membantu saudara-saudara kita yang sedang dtimpa musibah banjir.

Sekarang banjir datang lagi. Tetapi alhamdulillah, kami sudah siap menghadapinya. Saluran-saluran air yang mampet kami perbaiki, gerakan penghijauanpun sudah kami laksanakan. Tempat Resapan air disiapkan, dan kami pun telah siap siaga banjir. Setiap warga saling bergotong royong membersihkan saluran-saluran air yang berada dalam komplek. Alhasil, ketika hujan mengguyur bumi saat ini, banjir tak seperti dulu lagi. Jalanan hanya banjir semata kaki dan cepat sekali air mengalir ketika hujan berhenti ke saluran-saluran air yang lebih rendah. Sanitasi berjalan dengan baik, dan kami pun merasakan manfaat dari kerja bakti itu.

Ketika hujan mengguyur bumi, ada anugrah dan musibah. Anugerah bagi mereka yang membutuhkan air. Anugrah bagi mereka yang kekeringan dan membutuhkan air untuk kelangsungan hidup mereka. Tetapi, air menjadi musibah bila kita tak mampu menjaga alam ini dengan baik. Tak peduli dengan lingkungan, membuang sampah sembarangan, dan membiarkan saluran-saluran air mampet di sana-sini. Kalau sudah begitu, bukankah banjir itu kesalahan manusia yang tak pandai bersyukur???

Oleh karena itu, ketika hujan mengguyur bumi, mari kita mengucapkan syukur kehadirat Ilahi Robbi. Memohon doa agar hujan yang datang membawa rahmat bagi seluruh alam. Kalau kemudian masih terjadi banjir di lingkungan kita, maka segeralah bahu membahu, bekerjasama antar warga  untuk menangani banjir ini dengan sebuah kebersamaan. Niscaya musibah itu akan berlalu dan kita pun akan merasakan betapa indahnya sebuah kebersamaan. Apalagi bila anda pernah merasakan tinggal di kamp-kamp pengungsian akibat banjir. Apakah anda pernah merasakan itu?

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline