Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

TERVERIFIKASI

Guru Blogger Indonesia

Tersenyumlah Kawan

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_53018" align="alignleft" width="274" caption="Tersenyumlah Kawan"][/caption]

Semoga di pagi hari yang cerah ini kawanku semua dalam keadaan sehat wal'afiat, dan semoga pula Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu melimpahkan rahmat-Nya  kepada kawanku semua, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selalu tersenyum mengisi hari ini dengan penuh kegembiraan dan keceriaan. Membuat orang lain pun tersenyum karena melihat senyum manis kita.

Wahai sahabat kompasiana, kawan-kawanku para pembaca setia tulisanku. Tak ada hal baru yang ingin aku sampaikan kepada kawan-kawan semua, tetapi aku hanya ingin berpesan tersenyumlah selalu wahai kawan. Walaupun mungkin kamu dalam kesulitan hidup, tetap tersenyumlah kawanku, percayalah dalam kesulitanmu itu ada kemudahan. Asalkan engkau tetap percaya bahwa penguasa langit dan bumi tidak pernah tidur. Selalu mengabulkan doa-doa hamba-Nya yang berserah diri. Karena itu kawan, mari kita tersenyum. Tersenyum menatap hidup ini yang hanya sementara. Hidup di dunia bagaikan pengembara yang singgah sebentar lalu pergi kembali. Masih ada hidup sesudah mati. Sudahkah kawan mempersiapkannya???

Mungkin kawan telah menonton penjara mbak Ayin yang menghebohkan itu di televisi, atau kawan sudah menonton adegan episode Bank Century yang memalukan itu di gedung DPR. Kalau melihat berita-berita yang ada di depan mata, tersenyumlah kawan, karena inilah Indonesia. Dimana hukum bisa dibeli, sampai-sampai narapidana pun bisa menyulap "hotel prodeo" menjadi lebih bagus dari hotel bintang lima. Kalau sudah begitu kawan, akan semakin banyak orang kaya yang dihukum menikmati masa hukumannya seolah-olah berlibur, tamasya ke luar negeri. Menikmati hari-hari panjang mereka dengan suka cita, dan bukan duka cita. Sementara, kamar sel di sebelahnya dipenuhi dengan tangis dan duka lara.

Baru kali ini teruangkap ada narapidana mendapatkan fasilitas wah, bisa memimpin rapat, bisa merawat wajah dengan dokter pribadinya di penjara, dan jangan-jangan narapidana itu bisa juga bergabung jadi sahabat kita di kompasiana karena akses internetnya yang bisa lebih cepat dari smart dengan iklannya yang kenceng itu. Kalau sudah begitu banyak tersenyumlah kawan, inilah Indonesia.

Indonesia memang negara unik. Keunikannya sampai terdengar kepelosok dunia. Bahkan banyak yang ingin mati di sini, karena lebih mencintai Indonesia yang "gemah lipah loh jinawi" daripada negaranya sendiri. Bahkan Koesplus Bersaudara berceloteh dalam lagunya, bukan lautan hanya kolam susu, orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu pun bisa jadi tanaman. Kalau sudah begitu, sekali lagi tersenyumlah dengan bibir yang lebar kawan. Hilangkan duka lara dan lihatlah Indonesia. Negara unik yang merupakan sarang para bedebah, sarang para koruptor yang sulit dipancing, bagai ikan belut yang licin itu. Menangkapnya perlu strategi jitu, dan kerjasama yang luar biasa dari para aparat negara.

Mungkin kawan sudah menonton acara sepakbola kita? Dimana lagi-lagi PSSI dikalahkan oleh tim sepakbola luar negeri. Jangan marah kawan, inilah sepakbola kita. Penuh tawuran dan aksi pukul memukul, sampai-sampai ada orang Bekasi yang gregetan dan masuk kelapangan karena kesal dengan tim Indonesia yang selalu kalah. Jiwa patriotisme orang itu begitu menyala, bahkan meletup-letup sehingga tanpa berpikir panjang langsung saja masuk kelapangan dan menendang bola ke gawang lawan. Kalau sudah begitu, kita hanya bisa tersenyum kawan. Karena dengan tersenyum kita bisa menarik hikmah dari perbuatan orang-orang itu.

Kalau anda seorang pendidik, banyak tersenyumlah kawan. Karena anak didikmu adalah para generasi muda yang akan meneruskan estafet pemerintahan ini. Bila kau tak tersenyum akan menangislah dunia. Jangan kau pikirkan hutang-hutangmu, dan jangan kau pedulikan anakmu yang memerlukan susu. Kau harus tetap tersenyum walau gajimu kecil sebab itu sudah menjadi pilihanmu. Memilih profesi menjadi guru. Kalau kau ingin bergaji besar, jadilah guru kreatif dan guru yang selalu tersenyum di depan anak didikmu. Kalau sudah begitu, kau akan merasakan bahwa engkau adalah guru terkaya karena sudah begitu banyak sodaqoh yang kau berikan kepada murid-muridmu. Bukankah senyum itu sodaqoh?

Karena itu kawan, mari kita tersenyum menatap Indonesia yang lebih baik. Indonesia yang berlaku adil dalam bidang hukum, dan satu lagi kawan, Indonesia yang mampu mensejahterakan para guru-gurunya, karena pendidikan adalah pilar penting bagi kemajuan sebuah negara.

Tersenyumlah kawan, tetapi ada sebuah pesan yang ingin kusampaikan, "jangan tersenyum di depan layar monitormu itu ketika kau lihat aku tersenyum, sebab senyummu akan membuat hatiku menangis, karena isi dompetku yang kian menipis, dan tiba-tiba saja kawan, saya harus mohon pamit, karena kebelet pipis.

Salam Blogger Persahabatan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline