Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Menjadi Guru Super atau Guru Puser?

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_96803" align="alignleft" width="300" caption="Menjadi Guru Super atau Guru Puser?"][/caption]

Dalam sunyi saya merenungi diri. Bertanya ke dalam diri sendiri apakah saya sudah menjadi guru super? Ataukah saya hanya sebatas menjadi guru puser? Guru super selalu menjadi idaman dan idola para siswanya. Kehadirannya sangat dinantikan.

Banyak peserta didik akan kehilangan dirinya bila ia tak hadir di sekolah. Tetapi bila guru puser justru kebalikannya. Kehadirannya sangat dibenci siswa, dan peserta didik akan bersorak riang gembira bila dirinya tak masuk sekolah.

Guru super dan guru puser sepintas sama. Tetapi sebenarnya dia sangat berbeda. Guru super bagaikan mata air yang selalu memberi minum peserta didiknya dengan ilmu yang bermanfaat. Sedangkan guru puser adalah guru yang mematikan kreativitas anak didiknya. Dia bertindak seperti pemburu dan bukan pendidik.

Guru super adalah guru yang benar-benar mendidik, sedangkan guru puser adalah guru yang berwatak pemburu. pemburu berbeda dengan pendidik. Pemburu membidik binatang incarannya tanpa sentuhan kasih sayang. Dalam pikirannya hanya satu. Bagaimana menangkap binatang buruannya dengan senjata yang mematikan. Sedangkan pendidik membidik para peserta didiknya agar memiliki karakter yang baik, dibelainya dengan sentuhan kasih sayang dan senjata yang digunakannya adalah menghidupkan. Menghidupkan anak-anak yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Tidak bisa menjadi bisa. Tak pernah menganggak siswa itu bodoh. Sebab dalam alam pikirannya, tak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak yang malas. Kalau dia malas belajar pastilah dia tak naik kelas. Begitulah guru super selalu mengingatkan para siswanya.

Guru super dan guru puser ada dalam dunia pendidikan kita. Membedakannya mudah saja. Siapa guru yang berwatak pendidik, pastilah dia guru super, tetapi bila ada guru berwatak pemburu, maka dialah guru puser itu. Guru puser cenderung materialistis dan berorientasi pada kecerdasan otak saja, tetapi guru super tidak hanya mampu mencerdaskan otak para peserta didiknya, tetapi juga mampu membangun watak atau karakter peserta didiknya dengan baik. Hatinya dipenuhi dengan pancaran keikhlasan. Bekerja dengan hati ikhlas, bekerja dengan keras, bekerja dengan sangat cerdas, dan bekerja sampai tuntas. Ada keajaiban dari langit yang menuntunnya menemukan potensi unik yang dimiliki para peserta didiknya dengan baik.

Pendidikan berkarakter menjadi basis utama guru super untuk menjadi manusia yang bertakwa. Sedangkan guru puser basis utamanya adalah mengajar tanpa sentuhan. Artinya, tugasnya hanya mengajar saja. Mengajarkan ilmu yang dikuasainya tanpa mau peduli untuk apa ilmu itu harus dipelajari. Guru yang semacam ini hanya melahirkan murid yang cerdas secara akademisi, tetapi miskin aplikasi.

Akhirnya, guru super dan guru puser bisa dilihat sangat jelas bila mereka ikut seminar atau workshop. Bila guru super akan menggapai bintang dan berusaha keras mempelajari ilmu dari kegiatan seminar atau workshop itu, lalu mengaplikasikannya untuk meningkatkan mutu pembelajarannya di kelas. Tetapi bila guru puser, yang digapainya hanya selembar sertifikat agar bisa lulus sertifikasi guru, karena sertifikasi guru dalam jabatan mempersyaratkan itu. Guru puser benar-benar telah menjadi guru pemburu sertifikat. Baginya, mengumpulkan sertifikat lebih utama daripada ilmu yang didapatkannya. Bila anda menemukannya, maka buatlah spanduk besar-besar lalu ucapkanlah kepadanya, " SELAMAT DATANG GURU PUSER INDONESIA".

salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline