Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Menulis untuk Hidup, Hidup untuk Menulis

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_64761" align="alignright" width="300" caption="Menulis Untuk Hidup, hidup Untuk Menulis"][/caption]

Kalimat di atas saya dapatkan dari pak Ukim Komarudin, seorang guru dari SMP Labschool Kebayoran yang sekarang ini mendapat amanah menjadi kepala sekolah di sekolah tersebut. Menulis untuk hidup, hidup untuk menulis. Beliaulah yang selalu memberi saya semangat untuk terus menulis. Menulis apa saja yang ada dalam pikiran dan menyebarluaskan kepada siapa saja yang berminat membacanya. Semua itu saya lakukan dengan penuh keikhlasan.

Bagi saya, menulis adalah bagian dari ibadah sehingga sayang rasanya bila hari-hari saya tak diisi untuk menulis. Awalnya memang tidak mudah. Apalagi bagi seorang guru seperti saya yang tidak biasa menulis. Waktu itu, saya menganggap menulis itu adalah pekerjaan sia-sia yang tak memiliki manfaat apapun. Namun, seiring dengan bertambahnya usia dan berjalannya waktu, saya menemukan keasyikan tersendiri dari kegiatan tulis menulis ini.

Semenjak saya suka menulis, saya berusaha untuk menulis tentang buku pelajaran yang saya ampu dalam bentuk 3jilid bersama kawan-kawan guru TIK. Memang tidak mudah membuat buku. Apalagi bila kita jarang membaca, maka perbendaharaan katapun serasa kurang sehingga tak kita temui sebuah makna yang dahsyat dari kekuatan tulisan kita. Tetapi, ketika proses membaca itu dilakukan, maka proses menulis itupun serasa lancar. Satu demi satu buku-buku saya beredar di toko buku ternama. Sesuatu yang dulu tak pernah terpikirkan.

Menulis untuk hidup, hidup untuk menulis. Telah nampak bersemayam secara alamiah dalam diri saya. Menulis tidak lagi seperti dulu. Harus ada ide dan konsep yang terkadang membuat saya sendiri bingung darimana mau memulai. Membuat akhirnya saya termalaskan karena miskinnya ide dan kreativitas menulis. Ternyata, cara ampuh untuk bisa menulis adalah menulislah terus setiap hari.

Kini, menulis itu sudah merupakan suatu kebutuhan dan merupakan teraphy jiwa. Saya merasakan benar manfaat dari menulis. Mengungkapkan apa yang ada di dalam kepala dan menatanya dalam bentuk kata-kata bermakna sehingga enak untuk dibaca. Memberikan manfaat bagi yang membacanya, dan memberikan motivasi agar dapat melahirkan prestasi tinggi.

Bagi saya secara pribadi tidak mudah menjadi seorang penulis. Apalagi bila kita belum pernah memulai. Sebab sesuatu yang suit dari menulis itu adalah memulai. Ketika memulai sudah kita lakukan, maka akan terjadi benturan-benturan batin dalam diri yang harus kita kuatkan agar tulisan ini menjadi bernyawa. Serasa menjadi seonggok makhluk hidup yang berbicara kepada para pembacanya.

Akhirnya menulis untuk hidup, hidup untuk menulis telah menghantarkan saya menjadi penulis aktif di rumah sehat kompasiana. Mengabarkan pada dunia bahwa menulis adalah pekerjaan ibadah yang semua orang bisa mengerjakannya. Asalkan diniatkan dengan ikhlas, maka kata demi kata itu mengalir dan terus mengalir bagai air yang keluar dari mata air. Tak pernah habis meski banyak diminum dan dimanfaatkan oleh manusia. Semakin bening, karena terus diambil airnya. Bila anda sudah seperti mata air, maka tulisan anda pun akan terasa bening dan mengundang orang untuk meminumnya. Apakah anda telah merasakannya?

Salam Blogger Kompasiana

Omjay




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline