Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Diskusi Ilmiah Guru

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_25749" align="alignleft" width="300" caption="Para Finalis Lomba Keberhasilan Guru dalam pembelajaran 2008"][/caption]

Sebenarnya sedih juga melihat teman-teman guru yang belum naik pangkat. Tapi, saya tak bisa berbuat apa-apa. Sebab urusan meneliti sekarang ini belum menjadi budaya atau tradisi para guru. Mereka belum terbiasa meneliti di kelasnya sendiri sehingga wajar saja bila mereka belum bisa naik pangkat. Apalagi jumlah mereka yang belum naik pangkat itu jumlahnya hampir ribuan orang. Padahal setiap tahun pemerintah/depdiknas telah melombakan keberhasilan guru dalam pembelajaran yang mengumpulkan penelitian para guru di tingkat nasional. Di forum inilah teman-teman guru dikumpulkan dari berbagai propinsi di Indonesia untuk mempresentasikan hasil karya tulis ilmiahnya.

Sudah baca koran kompas tanggal 27 Maret 2009 yang baru lalu? Guru PNS di tingkat DIKDASMEN sulit mencapai pangkat di atas IV/A karena kemampuan mereka membuat KTI masih lemah padahal membuat KTI menjadi salah satu syarat kenaikan pangkat. Umumnya berada di pangkat III/A sampai III/D yang jumlahnya mencapai 996.926 guru. Adapun di golongan IV ada 336.601 guru, dengan rincian golongan IV/A sebanyak 334.184 guru, golongan IV/B berjumlah 2.318 guru, golongan IV/C sebanyak 84 guru, dan golongan IV/D ada 15 guru.

Melihat kenyataan itu tentu membuat kita sangat prihatin. Apa yang menyebabkan teman-teman guru menjadi kurang bisa membuat karya tulis ilmiah? Ternyata, selidik punya selidik, diskusi ilmiah belum dilakukan oleh teman-teman guru di sekolah. Rata-rata guru bekerja dan berjalan sendiri-sendiri dalam melakukan penelitiannya, sehingga hasil penelitiannya kurang menggema di seantero sekolah dan manfaatnya kurang menyentuh, baik untuk siswa, guru maupun sekolah. Penelitian yang dilakukan hanya sebatas untuk keperluan naik pangkat saja, bukan untuk keperluan guru memperbaiki kinerjanya sebagai guru yang merupakan tugas mulia.

Diskusi ilmiah guru seharusnya sudah mulai digalakkan di lingkungan sekolah-sekolah kita. Kepala sekolah harus berperan aktif agar diskusi ilmiah berjalan minimal sekali dalam satu semester. Di dalam diskusi itu, para guru yang telah berhasil meneliti,  melaporkan hasil penelitiannya dan mereka sharingkan dengan teman-teman guru di sekolah. Dari sinilah mereka akan mendapatkan masukan tentang plus minus dari karya tulis yang mereka laporkan.Bila itu terjadi maka akan timbullah partisipasi dan kolaborasi tinggi di antara sesama guru untuk saling melengkapi.

Bila itu telah dilakukan, saya yakin tak ada lagi guru yang sulit naik pangkat. kKrena budaya meneliti telah menjadi budaya sekolah yang terus dikembangkan oleh guru di sekolah. Guru pun menemukan potensi-potensi unik siswa di dalam penelitian itu, dan penemuan itu disampaikan kepada teman sejawat yang pada akhirnya melahirkan kolaborasi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

Diskusi ilmiah di sekolah harus terus ditingkatkan seiring dengan pesatnya teknologi informasi dan komunikasi. Para guru harus lebih bisa saling berkomunikasi dan bertukar informasi tentang hal-hal yang terjadi di sekolah. Semoga dengan adanya program 100 hari dari mendiknas baru, yang salah satunya untuk melengkapi semua fasilitas internet yang ada di seluruh sekolah membuat guru di seluruh Indonesia menjadi connecting and sharing. Seperti semboyan blog kompasiana.com yang terkenal itu. Para guru bisa saling bertukar pengalaman dan pengetahuan.

Alangkah indahnya bila diskusi ilmiah itu senantiasa dilakukan oleh teman-teman guru di sekolah. Dimana mereka saling melengkapi dan saling memberikan masukan tentang penelitian yang telah dilaksanakan. Seandainya teman-teman guru telah melakukan ini, saya yakin tak ada lagi guru yang kesulitan naik pangkat, dan tak ada lagi guru yang tak mampu menuliskan karya tulis ilmiahnya.

Semua guru telah terlatih dan berlatih dari diskusi ilmiah yang telah diadakan rutin setiap satu semester dan dihadiri oleh dosen perguruan tinggi sehingga terjadi juga kolaborasi antara guru dan dosen. Dosen pun pasti akan senang karena tri darma perguruan tinggi menjadi terwujud.

Bukan saatnya lagi teman-teman dosen menunggu dalam singgasana kebesarannya. Duduk manis dalam kampus tercinta. Tak mau terjun ke sekolah-sekolah membantu teman-teman guru untuk meneliti dan memecahkan masalahnya. Bila guru dan dosen menyatu, maka mutu penddikan akan meningkat, karena kolaborasi guru dan dosen adalah menyatunya dua ilmuwan dari sisi praktisi dan dari sisi teori. Para guru menguasai praktik dilapangan secara detail, dan para dosen mengetahui teori yang dipakai untuk memecahkan masalah itu. Ketika masalah diketahui, maka akan ada solusi yang coba diujikan. ketika masalah dan pemecahan masalah berhasil disatukan, maka terjadilah penelitian yang manfaatnya akan terasa untuk semua. Oleh karena itu, mari kita giatkan kembali diskusi ilmiah para guru di sekolah-sekolah kita, dan jangan lupa untuk mengundang dosen-dosen dari perguruan tinggi, sehingga lahirlah kolaborasi antara guru dan dosen yang menghasilkan prestasi tinggi.

Selamat mencoba!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline