[caption id="attachment_50888" align="alignleft" width="150" caption="Ilustrasi"][/caption]
Pagi ini saya menyempatkan diri ke makam kedua orang tua saya di TPU Pondok Kelapa Malaka. Alhamdulillah, kondisi makan terawat dengan baik karena bang Roni sang penjaga makam merawatnya dengan baik. Mencabuti rumput-rumput liar yang ada di sekitarnya dan memotong rumput di atas makam ayah dan ibu agar terlihat indah dan menghijau.
Saya tafakur sejenak dan berdoa kepada Allah agar kedua orang tua saya yang telah tiada itu mendapatkan tempat di surga, dan diampuni segala dosa-dosanya. Tak terasa air mata saya keluar dengan sendirinya. Betapa sedihnya ditinggalkan oleh kedua orang tua yang mencintai kita. Mendidik kita hingga dewasa. Menemani saya ketika menikah dan melihat satu persatu cucunya lahir kedua yang fana ini. Sayang, Intan dan Berlian (kedua anak saya) lahir belum sempat dilihat oleh ibu.
Ibu meninggal lebih dulu. Waktu itu ibu terserang penyakit darah tinggi yang diidapnya, dan sudah terjadi komplikasi. Ibu meninggal di Rumah Sakit TNI AL setelah adik bungsu saya tiba di Jakarta dari Bali (Dia kuliah di Bali). Ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir di saat hari ulang tahunnya, 3 Nopember 1998. Di saat waktu subuh, ketika alunan adzan subuh mengiringi kepergiannya.
Saya menyaksikan kepergiaan ibu untuk selama-lamanya dengan air mata yang berlinang. Mengajaknya mengucapkan kalimat Tauhid dan ibu pun akhirnya meninggal dengan tersenyum. Senyum menghadap TuhanNya yang Maha Besar. Senyum kepada kami, seolah-olah mengatakan juga kepada kami untuk ikhlas ditinggalkan selamanya. Saya sedih sekali pada saat itu, dan segera mengabarkan ayah dan saudara-saudara saya untuk segera datang ke rumah sakit.
Dunia sekan runtuh pada saat itu yang saya rasakan. Betapa sedihnya kami sekeluarga pada saat itu karena ditinggalkan oleh orang tua yang kami sayangi. Kami langsung memandikan beliau di rumah sakit. Mengkafaninya dan membawanya pulang ke rumah dengan ambulan yang berlari kencang. Diiringi dengan isak tangis keluarga yang tak putus-putus.
Sesampai di rumah, semua orang sudah menunggu jenazah ibu seperti menyambut seorang pahlawan. Pahlawan keluarga kami yang seluruh hidupnya diabdikan untuk kebahagiaan keluarga. Begitu banyak pelayat yang datang, padahal ibu bukanlah orang besar. Ibu hanyalah orang biasa yang luar biasa karena apa yang dilakukannya ditekuni dengan ketekunan yang luar biasa. Membuat kami, keenam anaknya bangga memiliki ibu seperti beliau yang seluruh hidupnya diabdikan untuk membesarkan anak-anaknya dengan penuh rasa kasih sayang.
Setelah ibu meninggal di tahun 1998, ayah menyusul kemudian pada 7 Juli 2005 karena menderita sakit diabetes. Ayah meninggal di rumah sakit Islam Cempaka Putih. Pada malam kepergiannya, saya mendapatkan amanah untuk menunggu ayah. Saya tak menduga kondisi ayah semakin parah dan dokter segera memindahkan beliau ke ruang ICCU. Di ruang ICCU itulah para dokter berusaha dengan sekuat tenaga menolong ayah dari serangan penyakitnya, tetapi Allah berkehendak lain. Ayah meninggal persis sama seperti ibu, di saat adzan subuh dan disaat hari ulang tahunnya 7 Juli 2005. Saya sedih luar biasa karena ibu tiada ayahpun kini tiada. Saya lihat ayah tersenyum dan seolah-olah mengatakan pada kami bahwa beliau telah berkumpul dengan ibu. Kami semua menangis sambil memandikan jenazah beliau yang sudah terbujur kaku di ruang mayat. Mengkafaninya dan membawanya pulang ke rumah dengan ambulan yang berlari kencang. Mengiri kesedihan kami yang begitu mendalam.
Sesampai di rumah, sudah begitu banyak orang datang ke rumah menyambut ayah. Hari itu adalah hari Jum'at ayah disholatkan di masjid setelah sholat Jum'at lalu langsung dibawa ke TPU Pondok Kelapa Malaka mendampingi makam ibu. Ibu dan ayah kini berada dalam liang kubur yang sama. Menyatu dalam kubur sesuai pesan ayah yang ingn dikuburkan bersama ibu. Membuat cinta mereka bertemu kembali di alam kubur. Semoga Allah melapangkan kuburannya, dijauhkan dari siksa kubur, dan diampuni semua kesalahannya. Saya lihat begitu banyak orang yang mengantar ayah ke kuburan.
Ayah dan ibu bukanlah orang-orang besar. Mereka bukanlah orang yang terkenal. Tetapi pada saat mereka wafat, begitu banyak orang yang mengantarkan mereka. Ikut menangisi kepergiannya. Mereka bilang ibu dan ayah adalah orang yang baik. Orang baik yang membuat mereka merasa kehilangan.
Akhirnya pergi ke makam ayah dan ibu pagi ini membuat saya bertekad untuk selalu menjadi orang baik. Mampu menjadi anak yang sholeh dan selalu mendoakan kedua orang tuanya."Ya Allah , ya Tuhan Kami. Ampunilah dosa Kami, dosa kedua orang tua kami. Sebagaimana mereka mengasihi kami ketika kami masih kecil. Ya Allah ya Tuhan Kami. Tempatkanlah mereka dalam Surgamu, dan lindungilah selalu mereka dari azab kubur. Kabulkanlah doa Kami ya Allah"