Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Perjuangan Seorang Istri

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_35114" align="alignright" width="285" caption="Pengorbanan Seorang Istri"][/caption]

Semoga di hari ini kita semua sedang dalam keadaan sehat. Sehat pikiran, sehat isi kantong dan juga sehat semuanya. Tak ada anggota tubuh yang sakit. Itu semua terjadi bila kita menjaga pola makan dan rutin berolah raga setiap hari.

Para pembaca kompasiana yang saya banggakan,

Tak ada seorang suami yang sukses tanpa didampingi oleh seorang istri yang mengiringi kesuksesannya. Suami dan istri itu seperti keipngan uang logam yang tak dapat dipisahkan. Seperti kisah Romeo dan Juliet yang saling mencintai.

Pernah suatu ketika di jaman sahabat Rasul, ada seorang penceramah yang sangat sukses. Orang akan terdiam dan mendengarkan sang penceramah itu, ketika beliau sedang berceramah. Kepiawaiannya dalam berbicara tak ada yang menandinginya. Jadilah penceramah itu menjadi seorang penceramah yang terkenal seantero negeri. Orator ulung yang sangat disegani oleh masyarakatnya.

Namun sayang, beliau melaupakan peran istrinya. Sang penceramah menjadi lupa, bahwa dibalik kehebatannya berbicara ada seorang istri yang selalu membantu keperluannya. Selalu mencuci pakaiannya, memasak makanannya, dan menyiapkan peci dan jas kebanggannya ketika akan berangkat ceramah. Sang penceramah pun telah benar-benar lupa bahwa dibalik kesuksesannya ada perjuangan seorang istri yang dengan setia melayani suami dari pagi hingga malam hari. Memenuhi kebutuhan suaminya dari urusan makanan lahir sampai makanan bahtin. Biasa orang menyebutnya hubungan sex suami istri.

Suatu hari, sang istri ingin memberikan pelajaran yang berharga bagi suaminya. Ia bersengaja pergi pagi-pagi ketika suami masih tidur untuk bersembunyi di rumah tetangganya. Bersama tetangga baiknya itu, skenariopun diatur. Dia menulis surat kepada suaminya untuk pergi ke rumah orang tunya.

Ketika sang penceramah terbangun, didapatinya istri tak ada di rumah. Di meja kamar didapatinya sepucuk surat dari istrinya. Isinya, sebuah pesan bahwa ia pegi ke rumah orang tuanya.

Ketika keluar kamar, didapatinya rumah berantakan. Anak-anaknya yang berjumlah 4 orang sedang asyik bermain. Ada yang bermain kuda-kudaan, ada yang asyik bermain mobil-mobilan, dan yang satunya lagi asyik bermain kartu domino. Kebetulan semuanya laki-laki. Jarak umur antar setiap anak cuma selisih satu tahun, anak sulung berumur 8 tahun, anak kedua 7 tahun, ketiga 6 tahun, dan yang bungsu berumur 5 tahun. Suasana rumah hari itu seperti kapal pecah (mungkin lebih kacau dari tenggelamnya kapal Titanic).Maklumlah anaknya laki-laki semua, hahhahaha. Jagoan semua.

Sang pembicara pun pergi ke meja makan, dan didapatinya tak ada satupun hidangan yang siap disantap. Tak ada makanan buat sarapan pagi. Tak ada makanan yang bisa dimakan. Dia pun lantas pergi ke kamar mandi. Lalu didapatinya setumpuk pakaian yang belum dicuci. Dia pun lantas mandi, dan ketika sadar bahwa handuk kesayangannya ada dalam cucian itu, jengkellah sang pembicara itu. Kesal dan marah berpadu menjadi satu. Tak ada pembantu di rumah itu. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan rumah, selalu dikerjakan oleh istrinya tanpa berkeluh kesah. Menjaga keempat buah hatinya yang semuanya laki-laki dengan sepenuh hati dan kasih sayang yang tak terhingga. Hanya memberi tak harap kembali. (kayaklagu kasih ibu ya???)

Kepergian istrinya, membuat sang penceramah bermenung diri dan melakukan instropeksi diri. Selama ini kurang berterima kasih kepada istrinya yang selalu setia melayaninya. Tiba-tiba saja sang penceramah tersadarkan akan pengorbanan seorang istri. Dia malu sama istrinya, dan ingin meminta maaf, bila istrinya pulang nanti. Perasaan amarah berubah menjadi kasih sayang. Dicucilah semua baju yang ada di kamar mandi, dan diajaklah semua anaknya untuk turut merapihkan rumah. Lalu dibuatkanlah makanan untuk anak-anaknya. Indomie rebus dan ceplok telor. Hanya itu yang bisa ia masak. Jangan harap ia bisa masak sayur lodeh atau sayur sop yang lezat sehebat buatan istrinya. Apalagi opor ayam atau gulai kambing kegemarannya. Hanya istrinya yang bisa membuat makanan lezat yang sesuai dengan seleranya. Dia pun jadi malu sendiri sama istrinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline