Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

SBY dan Politik Balas Budi

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mendengar pengumuman kabinet yang telah disampaikan oleh bapak presiden SBY beberapa saat lalu membuat saya ingin berbagi pendapat dengan anda para pembaca kompasiana. SBY dan politik balas budinya telah terungkap dalam penyusunan dan pengumuman kabinet indonesia bersatu, dan besok ke-34 menteri yang dipilih oleh pak SBY akan dilantik dan pak SBY-Budiono akan mengadakan rapat kabinet yang pertama. Bagi saya, pengumuman nama itu tak terlalu mengejutkan sebab kita telah mendengar rumor itu dari beberapa orang yang dekat dengan istana. Namun, saya agak kaget juga ketika ada salah satu menteri yang dicalonkan, ternyata tak lolos fit and proper test. Saya tak tahu dimana pertimbangan pak SBY, tetapi saya yakin beliau telah mempertimbangkannya secara matang. Sebab beliau tak ingin orang yang membantunya di pemerintahan tak memiliki akuntabilitas publik dan kredibilitas.

SBY dan politik balas budinya terlihat sekali mencoba mengakomodir semua orang yang telah membantunya terpilih kembali menjadi presiden. Namun, hubungan kedekatan janganlah membuat pak SBY salah dalam memilih menteri. Memilih tempat atau poisisi yang benar sesuai dengan profesionalisme tokoh itu. Sebab komentar miring nampaknya sudah mulai terdengar dari orang-orang yang mengkritisi kabinet Indonesia bersatu jilid dua ini."Kok pak anu jadi menteri itu ya, padahal kan dia nggak ngerti di bidang itu?". Begitulah biasanya orang bertanya dan berkomentar.

Selamat bekerja pak SBY presidenku. Selamat bekerja juga pak Budiono wakil presidenku. Selamat dan selamat kepada para tokoh yang telah terpilih menjadi menteri, baik lewat jalur parpol maupun jalur profesional. Kami rakyat Indonesia berharap banyak dari anda. Berharap apa yang anda lakukan bagi bangsa dan negara ini benar-benar berpihak kepada rakyat banyak. Menjalankan amanah dengan baik sebagai pembantu presiden dan melaksanakan sumpah dan janji menteri.

Kami pun kini yang bertugas di sekolah-sekolah sebagai pendidik, sedang bekerja cepat mengganti foto pak JK dengan foto pak Budiono. Pekerjaan kecil, tapi menjadi sulit karena bodi saya yang sudah bulat dan sulit naik tangga. Akhirnya, saya hanya bisa menyuruh pramubakti sekolah untuk segera mencopot foto pak JK dan menggantinya dengan foto pak Budiono, wakil presiden kita yang baru. Maafkan saya pak JK!. Saya akan rindu dengan kumis tipis bapak.

SBY dan politik balas budi telah menempatkan pak budiono sebagai wakil presiden Republik Indonesia. Kini kita akan menyaksikan pasangan baru ini memimpin para menterinya yang telah mereka pilih sendiri. Ada yang membuat kita tersenyum, dan ada yang membuat kita melotot mendengar nama tokoh yang tak diduga-duga terpilih jadi menteri. Ada juga yang shock, karena namanya tak terpilih untuk jadi menetri. Tapi inilah politik, siapa yang dekat dengan kekuasaan, dia akan terpilih. Tak peduli anda suka atau tidak suka. Di sanalah politik balas budi bicara. Kita pun hanya bisa mengatakan, Lanjutkan!

Partai Golkar telah masuk dalam lingkaran kekuasaan, berkolaborasi dengan partai koalisi, dan kita telah saksikan bahwa partai besar seperti PDIP tetap berkomitmen untuk menjadi partai oposisi. Bagi mereka tak ada politik balas budi. Bagi mereka yang ada adalah sebuah keharusan untuk tetap mengkritisi pemerintahan dari sudut mata yang berbeda. Beranii berpendapat berbeda di era demokrasi dan reformasi. Itulah ciri dari partai yang dipimpin oleh ibu Megawati, srikandi Indonesia.

SBY dan politik balas budi telah membuat saya tersenyum dengan bibir kiri dua centimeter dan kanan dua centimeter. membuat saya seperti badut yang lucu. Lalu tiba-tiba anak saya memanggil, "Ayah tolong bikinkan susu Berlian, dan jangan senyum-senyum sendirian".

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline