Sebagai perempuan dan warga negara yang menjunjung tinggi kesopanan khas timur, saya tergelitik ngeri dengan pernyataan sejumlah netizen dalam merespon pelecehan seksual yang dialami Via Vallen. Respon tersebut kurang lebih menyatakan bahwa sebagai artis dangdut Via Vallen harus bersikap biasa saja jika dilecehkan, toh kan penyanyi dangdut. Sejak kapan ada aturan yang menyebutkan artis dangdut boleh dilecehkan secara seksual?
Padahal keberanian Via Vallen si Ratu Dangdut Koplo dalam mengungkap pelecehan seksual secara verbal yang dialaminya patut diacungi jempol. Itu sebuah tindakan berani dan mencerdaskan.
Terlebih karena selama ini artis dangdut dianggap 'bisa dan biasa' dilecehkan secara seksual. Padahal si artis nggak pernah menyatakan dirinya 'hey guys, lecehkan aku dong', nggak kan?
Sehingga sangat menyesakkan dada ketika para perempuan justru bersikap 'julid' dan 'victim blamming' (menyalahkan korban) dengan menganggap Via Vallen lebay, cari sensasi, tidak kuat mental sebagai artis terkenal, membesar-besarkan masalah sepele dan tidak mengerti gaya komunikasi orang asing terhadap perempuan. Beuh, apa mereka pikir orang asing otaknya mesum semua ya? Kaum 'julid' sepertinya kurang gaul deh.
Memang pandangan di neger ini masih banyak yang menganggap bahwa artis dangdut itu cuma boneka hidup yang tidak memiliki perasaan.
Sehingga, praktik pelecehan seksual dianggap sebagai makanan busuk yang harus ditelan mentah-mentah sekaligus ujian dirinya atas figur publik dan seniman.
Padahal, menjadi penyanyi dangdut itu adalah sebuah profesi sebagaimana profesi lainnya seperti Pilot, Koki, Pelukis, Ketua DPR, Pramuniaga, hingga Presiden.
Sebagai profesi, penyanyi dangdut berhak dihormati atas dirinya sebagai manusia dan karyanya sebagai produk seni.
Karenanya, saat kita melabeli penyanyi dangdut sebagai manusia murahan yang legowo menerima pelecehan seksual sebagai bumbu kehidupan, mungkin isi kepala kitalah yang karatan dan memerlukan pengobatan di rumah sakit jiwa.
Pelecehan seksual adalah masalah serius yang jika dibiarkan begitu saja akan berlanjut pada praktek kekerasan seksual dan kejahatan seksual seperti pemerkosaan.
Jadi, jangan pernah main-main dengan isi kepala dan kata-kata kita soal hal-hal berbau seksualitas tubuh lawan jenis. Berbahaya!