Jujur, sepasang mata saya langsung panas ketika melihat postingan Hanung Bramantyo di akun Instagramnya tentang film terbarunya. Rasanya hati saya remuk redam melihat sederet aktor yang akan berperan dalam film 'Bumi Manusia' maha karya penulis Pramoedya Ananta Toer.
Para pembaca Tetralogi Pulau Buru sepakat bahwa karya besar ini bukan sembarang roman. Ia serupa api yang membakar semangat anak bangsa dalam melawan penjajahan dan penindasan.
Api semangat ini bukan hanya tentang jihad melawan penjajah yang datang dari tanah asing untuk merampok dan memperbudak. Melainkan perlawanan mental atas keterasingan dalam sistem sosial bangsa sendiri.
Oleh karena itu, setiap kata, bahkan titik-koma dalam 'Bumi Manusia' adalah perlawanan dan pertaruhan ideologi bangsa.
Sebagaimana disetujui oleh banyak pihak bahwa Minke bukan sosok fiksi. Sejatinya dia adalah sosok nyata, yaitu Raden Mas Tirto Adi Suryo, cucu Bupati Bojonegoro yang hengkang dari kemapanan keluarga besarnya yang memuakkan demi sebuah perlawanan.
Ia hebat dalam dunia tulis menulis yang isinya sungguh mengegerkan kolonial dan kaum Bangsawan Jawa kala itu, sekaligus membangun kesadaran kebangsaan kaum terpelajar dan rakyat jelata.
RM TAS adalah pendiri Sarekat Prijaji, organisasi pribumi yang berdiri 4 tahun sebelum lahirnya Boedi Utomo. Ia juga memprakarsai lahirnya Sarekat Dagang Islam bersama KH. Samanhudi sebagai sebuah organisasi perlawanan yang terkenal solid di tingkat akar rumput.
Kiprahnya sebagai pendiri surat kabar Medan Prijaji adalah yang paling cemerlang karena meletakkan dasar pers Hindia Belanda (sebelum Indonesia) yang bangga menggunakan bahasa Melayu dan seluruh pekerjanya orang pribumi asli.
Surat kabar Medan Prijaji ibarat pedang yang menebas leher musuh dengan tajam dan kejam. Ia melawan kebijakan kolonial Belanda dan menelanjangi para petinggi Hindia Belanda yang menjadi antek kolonial. Tulisannya kerap membuat pajabat Kolonial Belanda merah padam.
Karenanya RM TAS menjadi sosok berbahaya dan punya banyak musuh. Maka agar gerakannya mati, beliau diasingkan ke Teluk Betung, Lampung selama dua bulan.