Sejak kanak dimanja, remaja bahagia-bebas-merdeka, muda kaya raya bersama pasangan rupawan dan jelita, tua bergelimang harta dan mati masuk surga. Jelas, itu mimpi seorang pemalas! Karena manusia yang konon mendapatkan karunia demikian hanyalah Nabi Sulaiman yang kekayaannya nggak bisa ditandingi miliarder sekelas Jeff Bezos, Bill Gates, Mark Zuckeberg apalagi Jokowi.
Secara alamiah, hanya ada tiga cara menjadi kaya raya: 1) lahir dari keluarga kaya raya yang kekayaannya nggak habis tujuh turunan; 2) bekerja keras sekeras kerasnya untuk mengumpulkan kekayaan; dan 3) jadi mafia. Selamat buat mereka yang terlahir dari komunitas nomor 1 sehingga nggak harus merasakan pahitnya banting tulang mencari seperak dua perak demi membeli sebungkus Nasi Padang.
Terhormatlah untuk mereka yang ada dalam kategori kedua karena mereka adalah hamba Tuhan yang seluruh keringatnya akan menjadi saksi, siapa tahu bisa jadi alasan Tuhan memasukkan ke masuk surga. Nah, kalau yang ketiga itu racun dunia. Harap, jangan digugu apalagi ditiru!
Di zaman yang segudang pekerjaan bisa diciptakan dan dikerjakan hanya dengan rajin mencet layar ponsel, siapapun bisa kaya raya. Anak bayi sampai kakek-nenek tua bisa kaya raya, tanpa diangkat anak oleh konglomerat atau menjadi mafia. Salah satu contoh yang tak asing bagi kita adalah Ria Yunita atau terkenal dengan nama Ria Ricis, adik bungsu selebriti Oki Setiana Dewi.
Aku mulai mengikuti perkembangan Ria Ricis saat dia masih mahasiswa yang kesehariannya membuat video lucu-lucuan dengan teman-temannya, hingga ia menerima endorse berbagai produk, memiliki usaha di bidang fesyen dan kuliner, menjadi Youtuber, menjadi pengisi beberapa acara hingga main film. Sebagai gadis pemalu, aku lumayan salut dengan gadis ini karena ia cuek dengan pandangan publik atas video-videonya yang jauh sekali dari kesan manis ala peserta kontes kecantikan apalagi puteri raja.
Ria Ricis justru menunjukkan kepada dunia bahwa hidup itu nggak melulu soal kecantikan, tetapi tentang keceriaan, persahabatan, kreativitas dan tidak malu menjadi diri sendiri. Karena memang banyak sekali video-video Ria Ricis yang membuatku melongo atas tingginya tingkat kecuekan gadis itu. Eh, makin kesini Ria Ricis makin pandai bersolek lho. Apa gadis ini juga mau membuat brand make up sendiri seperi artis lain?
HOBI MENJADI REZEKI
Sebagai video creator, Ria Ricis memang memiliki bakat dan keunikan tersendiri, dan wajahnya yang imut adalah bonus yang penunjang hobinya itu. Alih-alih membuat video seperti 'Tutorial Memakai Jilbab' dan hal-hal semacam itu yang banyak sekali dilakukan video creator berjilbab yang sempat digemari, gadis itu malah membuat video dengan konten lucu-lucuan seperti soal pipinya yang tembem, jidatnya yang jenong, pilihannya tidak pacaran kecuali sudah menikah, persahabatan, menari-nari nggak jelas, menunjukkan ekspresi wajah yang jelek, memakai masker, dubsmash dan lucu-lucuan yang lain yang seringkali melibatkan teman-teman kuliahnya hingga kedua orangtuanya. Siapa coba gadis yang berani membuat video semacam itu selain Ria Ricis?
Ditengah kemuakan publik dengan suguhan berbagai propaganda tentang 'bagaimana seharusnya' seorang remaja perempuan dan perempuan tampil bagai seorang putri, kehadiran Ria Ricis yang kocak dan cuek membuat remaja menjadi pengikutnya, dan mungkin meniru gayanya yang terkesan tomboy tapi modis.
Bayangkan saja pengikutnya di Instagram saja sudah mencapai 8 juta orang, ngalahin Dian Sastro yang katanya selebriti paling dipuja di Indonesia karena kecantikan, prestasi dan karakternya. Video-video Ria Ricis selalu banjir pujian dari pengikutnya, pun hujatan dari para haters.
Ah, tapi apa pula urusan haters kalau toh dengan popularitasnya membuat gadis lulusan Universitas Pancasila ini mendulang sukses tanpa harus menunggu berabad-abad. Kerja keras Ria Ricis dan timnya berbuah manis. Bahkan tahun lalu ia mendapat Gold Play Button dari Youtube karena subscribernya mencapai 2 juta yang kontennya sangat positif, terutama untuk anak-anak. Ria Ricis menjadi Youtuber perempuan pertama di Indonesia yang mendapat penghargaan bergengsi itu.