Lihat ke Halaman Asli

Wijanto Hadipuro

Peneliti dan penulis

Melihat dengan Mata Iman, Menyambut dengan Hati Terbuka

Diperbarui: 7 Februari 2025   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Misa Minggu 2 Februari 2025 di Gereja Katedral Semarang bersamaan dengan diselenggarakannya Bazar UMKM Kapuk Randu di halaman gereja. UMKM Kapuk Randu adalah UMKM yang dibina Gereja Katedral Semarang. Agar tidak mengganggu konsentrasi umat, pintu ke arah bazar ditutup separuh oleh petugas beberapa saat sebelum misa dimulai.

Tiba-tiba ada seorang pemuda berusaha untuk membuka pintu yang memang agak sedikit susah untuk dibuka. Karena kesulitan, akhirnya tampaknya adik si pemuda ini membantu membukakan pintu. Ternyata si pemuda mendorong Ibunya yang duduk di kursi roda. Kemudian si pemuda ini menempatkan Ibunya yang tetap duduk di kursi roda di lorong persis di dekat pintu masuk.

Dia sendiri dan adiknya duduk tepat di bangku di belakang sang Ibu. Sebenarnya tempat duduk yang ditempati si pemuda ini dan adiknya adalah tempat duduk untuk lansia, difabel atau mereka yang sakit. Tetapi petugas membiarkan mereka duduk di situ. Tak berapa lama, ayah si pemuda kemudian menyusul duduk di samping mereka berdua.

Bacaan Injil

Saya, istri dan anak saya, seperti biasa mencoba untuk hadir minimal lima belas menit sebelum misa dimulai. Ritualnya setiap minggu pun sama. Sebelum misa, saya biasanya mencoba membaca bacaan-bacaan untuk misa hari tersebut.

Thema misanya adalah seperti judul artikel ini 'Melihat dengan Mata Iman, Menyambut dengan Hati Terbuka'. Saya tertarik dengan kisah Simeon di Bacaan Injil yang diambil dari Lukas 2:22-40. Pada ayat 26 disebutkan, bahwa Simeon tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.

Ketika Yesus kecil dibawa masuk oleh orang tua-Nya ke dalam Bait Allah, ternyata Simeon melihat Yesus dengan mata imannya. Di ayat 28 disebutkan, bahwa Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah. Jika Simeon melihat dengan mata lahriah saja, maka yang Simeon lihat barangkali hanyalah anak kecil yang sama dengan anak kecil yang lain.

Di ayat 29 disebutkan kata-kata Simeon: 'Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari-Mu, ....' Dengan mata imannya Simeon mampu melihat Anak itu sebagai Mesias, dan setelah melihat Anak itu yang bukan lain adalah Yesus kecil, Simeon siap untuk mati, seperti yang saya baca di ayat 26. Bahkan Simeon bukan hanya melihat dengan mata iman, tetapi menyambut Yesus dengan hati yang terbuka.

Refleksi

Saya jadi berusaha untuk menggunakan mata iman saya dan mencoba terbuka untuk apa-apa yang saya akan lihat dan dengarkan saat misa. Katanya, Tuhan bisa hadir dalam setiap peristiwa dalam hidup saya melalui siapa saja dan kapan saja. Dengan cara yang sederhana dan melalui peristiwa yang tidak terduga serta melalui orang-orang yang tidak terduga.

Saya jadi menduga-duga, apakah keluarga yang saya uraikan di beberapa alinea pembuka renungan ini merupakan orang yang tidak terduga, peristiwa sederhana dan cara yang juga tidak saya duga, agar saya bisa belajar untuk menjadi lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline