Lihat ke Halaman Asli

Wijanto Hadipuro

Peneliti dan penulis

Pemimpin yang Mampu Menggerakkan: Program Makan Siang Bergizi Gratis

Diperbarui: 7 Desember 2024   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Salah satu program unggulan Prabowo sebagai presiden adalah pemberian makan siang bergizi gratis (MBG) untuk anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui dan anak balita. Beberapa perusahaan, seperti PT Japfa Comfeed Indonesia (Kontan, 6 Desember 2024) dan tentunya BUMN, seperti PGN, PLN, BRI, Bank Mandiri, BNI, Telkomsel, Pupuk Indonesia, dan BKI yang memang dapat diperintah oleh Menteri BUMN (Liputan 6, 12 November 2024) mendukung program ini.

Pemerintah Provinsi pun menyatakan dukungan, seperti NTT (Detik Bali, 5 Desember 2024) dan Pemerintah Kabupaten Bone (Detik Sulsel, 4 Desember 2024). Uji coba MBG juga sudah dilakukan di beberapa daerah, seperti Tangsel dan Kebumen.

Kontroversi

Program ini menimbulkan kontroversi karena dianggap akan menekan APBN mengingat biaya yang dibutuhkan untuk MBG sangat besar. Untuk tahun 2025 saja, anggaran MBG mencapai Rp. 71 triliun.  Bahkan saat membuka Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Kupang, Prabowo mengungkapkan, bahwa dia ditakut-takuti bahwa MBG akan menurunkan IHSG, diejek, dan ditertawakan, dan bahkan diancam (Liputan 6).

Beberapa akun X juga mentertawakan nilai MBG yang hanya Rp. 10.000. Ada yang memberikan gambar tentang makan siang senilai Rp. 15.000 saja sudah sangat sederhana, apalagi jika nilainya hanya Rp. 10.000. Kira-kira seperti apa ya MBG yang hanya Rp. 10.000, tulis akun yang lain. Gizinya dimana cuma Rp. 10.000, dll. adalah ungkapan bernada miring untuk program MBG Rp. 10.000 yang bisa kita baca di beberapa akun X.

Pemimpin yang Menggerakkan

Melihat antusiasme perusahaan dan pemerintah daerah, sebenarnya tidak akan terlalu sulit menyediakan MBG dengan anggaran terbatas. Program MBG dengan segala keterbatasannya, terutama keterbatasan dana, mengingatkan saya pada mukjizat lima roti dan dua ikan dalam Alkitab, dan berita dari Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Sidoarjo.

Dikisahkan dalam Injil, Yesus mampu memberi makan kira-kira lima ribu laki-laki, bahkan hanya dari modal lima roti dan dua ikan yang bukan miliknya, tetapi milik seorang anak. Yesus kemudian memberkati roti dan ikan milik anak tersebut dan membagikannya kepada orang-orang yang mengikuti-Nya. Setelah orang-orang tersebut kenyang, bahkan tersisa dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan roti.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Kata kuncinya sederhana: solidaritas. Jika kita memiliki pemimpin yang mampu menggerakkan hati, orang akan mau memberikan harta miliknya dan berbagi dengan orang lain. Apalagi negara kita adalah negara paling dermawan di dunia selama tujuh tahun berturut-turut menurut World Giving Index. Indonesia ada di posisi pertama dengan skor 68 (lihat situs Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Sidoarjo, 9 September 2024). Jadi kisah lima roti dan dua ikan bukan hal yang mustahil dilakukan di Indonesia, khususnya untuk program MBG.

Kata kuncinya untuk merealisasikannya adalah pemimpin yang mampu menggerakkan rasa solidaritas dan kedermawanan.

Masalah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline