Belum genap dua bulan sudah kita lalui tahun 2014 ini, namun harga emas sudah naik lebih dari 5%. Jika kita mengacu pada harga emas di LME Fixing PM tanggal 2 Januari 2014 di level USD 1225 /toz dibanding posisi harga LME Fixing PM 14 Februari 2014 di USD 1320 /toz, kenaikannya mencapai 7,75%.
Demikian pula harga emas di dalam negeri, jika mengacu pada harga emas murni batangan Antam pecahan 100 gram tanggal 1 Januari 2014, Rp 485,500/gram dibanding hari ini tanggal 17 Februari 2014, Rp 511,500/gram, kenaikannya sudah 5,35%. Penguatan Rupiah terlihat sedikit mengerem laju kenaikan harga emas di dalam negeri.
Sinyal perbaikan ekonomi AS, ilusi atau realita ?
Tahun lalu para pelaku pasar dibanjri oleh berita-berita seputar perbaikan ekonomi AS yang ditandai dengan semakin membaiknya indeks konsumsi dan tingkat pengangguran di AS yang mendorong pemerintah AS dan Bank Sentral AS untuk segera mengakhiri stimulus pembelian obligasi dan mulai melakukan pengetatan likuiditas, hal ini memicu penguatan USD terhadap beberapa mata uang utama dunia dan juga terhadap komoditas safe haven seperti emas dan perak.
Namun apa yang terjadi di awal 2014 rupanya tidak sesuai dengan apa yang dikabarkan sebelumnya, indeks tingkat pengangguran AS bulan Februari 2014 masih jauh dari harapan, pun demikian indikator-indikator lainnya, yang menyebabkan Gubernur Federal Reserve (Bank Sentral AS) yang baru, Janet Yellen urung menghentikan stimulus dalam waktu dekat. Pergerakan USD pun berbalik arah dan harga emas terus menguat.
Source : kitco.com & logammulia.com
Gold Demand : Barat vs Timur
Tahun 2013, para pemilik modal besar di negara-negara Barat seperti AS dan Eropa banyak yang mengalihkan portofolio mereka dari Emas ke portofolio lain seperti pasar uang dan saham seiring harapan perbaikan ekonomi AS. Sebagian besar portofolio emas mereka ini dalam bentuk ETF, atau paper gold yang dibackup dengan emas fisik. Pada tahun 2013 pun harga emas jatuh dan membuka kesempatan untuk pelaku pasar emas di kawasan timur dunia ini seperti Cina dan Asia Tenggara untuk mengkoleksi emas lebih banyak. 2013 merupakan tahun pertama dimana Cina menjadi konsumen emas no. 1 dunia mengalahkan India. Emas masuk ke Cina melalui Hong Kong. Regulasi pajak impor emas di India yang diterapkan untuk menekan defisit neraca perdagangan negara tersebut menyebabkan impor emas India pada 2013 turun drastis.
Source : GFMS Update Report January 2014
Namun overall, dari perhitungan sederhana supply-demand terlihat jelas bahwa berapapun emas yang dilepas oleh Barat, maka akan selalu terserap habis oleh Timur, demand emas di dunia ini terutama oleh Cina dan negara-negara emerging market masih sangat tinggi. Dan kecenderungan budaya Timur yang cenderung konservatif, dimana mereka menyimpan emas memang untuk kepentingan jangka panjang dan lindung nilai, maka suatu saat jika Barat membutuhkan kembali emas untuk mereka koleksi kembali, maka niscaya akan berat karena Timur tidak akan mudah melepas emasnya seperti Barat yang kemarin dengan mudah meliquidasi portofolio emas demi tambahan dana untuk berspekulasi di pasar uang dan saham. Alhasil, ketika posisi emas lebih banyak dikoleksi di Timur maka harga emas akan relatif lebih sulit untuk di goyang. Pembukaan pasar-pasar emas baru di Asia seperti di Shanghai dan Hong Kong, perlahan tapi pasti akan menggeser dominasi pasar Eropa dan AS, dan diprediksi dalam kurun waktu satu dekade kedepan pasar Asia akan menggantikan posisi pasar Eropa dan AS sebagai penentu harga emas dunia.
Akhirul kata, bagi kita masyarakat Indonesia yang saat ini baru mulai tumbuh kesadaran untuk menabung emas, jangan sampai ketinggalan momentum, jangan sampai ketinggalan kereta, sedikit-demi sedikit cadangkan sebagian portofolio anda ke emas batangan. Saya pribadi mencadangkan sekitar 30% dari tabungan saya di emas batangan dan sisanya di reksadana, properti dan saham. Sedangkan cash saya tidak mencadangkan karena emas batangan sangat mudah dicairkan sehingga sama fungsinya dengan cash. Cash saya mengalir begitu saja seperti air karena memang hanya untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Semakin banyak cash yang saya pegang semakin rentan harta saya tergerus inflasi. Mari kelola aset kita dengan bijak untuk masa depan yang lebih cerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H