Lihat ke Halaman Asli

Wigati Hati Nurani

Guru dan suka menulis

Sepenggal Cinta di Ruang Rindu

Diperbarui: 9 Mei 2023   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 Sepenggal Cinta di Ruang Rindu

Pulang Ke kotamu

Ada setangkup haru dalam rindu

Masih seperti dulu

Tiap sudut menyapaku bersahabat.... ( Kla Project )

Sayup-sayup kudengar lagu Yogjakarta-nya Kla Project dari You Tube yang sengaja ku putar. Satu lagu yang sangat kusuka diantara lagu grup band di era 90-an. Kudengarkan sendiri sore ini, saat rerintik hujan yang tak kunjung reda. Kopi hitam pahit bersanding rebusan pisang kepok kuning yang masih hangat. Menikmati kesendirian memang menjadi kebiasaaku. Agak aneh memang terdengarnya , disaat keberadaanmu disampingku, tetapi masing-masing dari kita sibuk dengan dunianya sendiri. Ah sudahlah terlalu pahit rasanya mengisahkan cerita ini.  Kisah usang memang tak selayaknya dikenang, apalagi jika hanya mendatangkan kesedihan.  Dan aku selalu gagal  menghalau rasa yang tiba-tiba hadir tanpa pernah diundang. Seperti saat ini.

Puluhan tahun silam, saat mengantarmu setiap Minggu petang ke Stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Wajahmu terlihat lesu tak bersemangat saat kereta Api itu datang. Moda transportasi yang akan membawamu ke Ibu kota negara, tempatmu merantau dan mengadu nasib untuk masa depan kita. Itu yang selalu kau katakan padaku. Benarkah untuk masa depan kita? Entahlah aku selalu saja ragu atas kalimat itu. Kulewati  tumpukan kerikil kecil diantara rel dan  dan bantalan kayu, menuju gerbang Kereta yang akan engkau tumpangi. Kupastikan hingga kau duduk dengan nyaman dibangkumu. Begitulah caraku melepas kepergianmu.

Hingga kereta itu berlalu, kutelurusi sepanjang jalan rel  di stasiun . Nun diufuk barat sinar jingga matahari masih terlihat elok, seolah ingin menemaniku. Memberikan senja indahnya untukku. Mengganti atas kepergianmu yang tak pernah ku mengerti akan kembali atau tidak. Aku ingin berhenti sejenak, menikmati karya agung Sang Pencipta,  rona lembayung jingga.  Sampai matahari benar-benar redup, aku masih duduk di sudut bangku itu. Dan kereta yang membawamu pergi telah melesat jauh. Jauh sekali. Meninggalkanku sendiri, lengkap dengan bayanganmu yang tak mau pergi. Semilir angin malam menyeruak diantara padatnya lalu lintas kota Jogja. Dengan naik Bus Kota aku  bergegas meninggalkan Stasiun menuju kamar kecil tempatku kost di Karangmalang.

( Bersambung, Note:  Diambil Dari Cerpen Karya Penulis pada Buku Antologi Ruang Rindu )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline