Mengenal Sejarah Konferensi Asia Afrika-Kegiatan Kebhinnekaan Modul Nusantara PMM2 Inbound UPI_Mengunjungi Museum KAA
Sabtu, 17 September 2022
Kami mahasiswa Inbound Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 Universitas Pendidikan Indonesia, melakukan kunjungan ke Museum Konferensi Asia Afrika. Museum ini dijadikan cagar budaya yang menjadi saksi sejarah Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Latar Belakang dilaksanakan Konferensi Asia Afrika
Pecahnya perang dunia II mengakibatkan munculnya dua kekuatan baru (Gerakan Blok) yang saling berhadapan, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika mempelopori berdirinya Blok Barat (Blok Kapitalitas/Liberal), sedangkan Uni Soviet mempelopori berdirinya Blok Timur (Sosialis/Komunis). Setiap blok berusaha untuk menarik negara-negara di Benua Asia dan Afrika untuk menjadi anggota mereka. Hal ini kemudian menimbulkan permusuhan terselubung di antara kedua blok tersebut, yang mana dikenal dengan "Perang Dingin".
Perwakilan Indonesia dalam KAA
Mr. Ali Sastroamidjojo. Mantan perdana menteri kedelapan dan kesepuluh Indonesia dalam dua periode pemerintahan yang berbeda. Beliau merupakan perwakilan Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Dari ide dan gagasan beliaulah bisa terwujudnya pengadaan Konferensi Asia pada 18-24 April 1955. (Komandoko, 2006)
Pada tanggal 25 Agustus 1953, Mr. Ali Sastroamidjojo di depan Parlemen menyampaikan gagasan pelaksanaan pertemuan delegasi-delegasi negara-negara Asia dan Afrika. Pernyataan tersebut menjadi satu pemikiran pemerintahan Indonesia, setuju akan pengadaan pertemuan tersebut, guna membicarakan masalah-masalah yang terjadi di kawasan Asia dan Afrika, serta penjajahan di beberapa negara.
Konferensi Asia Afrika 1955
Konferensi Asia Afrika merupakan pertemuan penting yangmemiliki pengaruh besar pada perubahan keadaan negara-negara di kawasan Asia dan Afrika. KAA menjadi pembakar semangat untuk meraih kemerdekaan. Melalui Konferensi inilah negara-negara kawasan Asia dan Afrika menjadi bersatu dan menciptakan kekuatan baru. Berikut pembahasan dalam Konferensi Asia Afrika; (Rahmelia & Ar, 2019)