- Pendahuluan
Pendidikan modern merupakan sebuah respon terhadap perubahan sosial, ekonomi dan teknologi yang terjadi dalam masyarakat global, yang mendorong berkembangnya pendekatan baru dalam proses belajar-mengajar. Salah satu fokus utama pendidikan modern adalah pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan abad ke-21, termasuk kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan penguasaan teknologi. Pendekatan ini beralih dari metode tradisional yang cenderung berpusat pada guru dan hafalan, menuju model yang lebih dinamis, kolaboratif, dan berbasis pada pemecahan masalah nyata. Menurut Giddens (2013), globalisasi dan perkembangan teknologi menuntut sistem pendidikan untuk lebih fleksibel dalam mengakomodasi perubahan yang terjadi dengan cepat.
Beberapa aliran pemikiran dalam pendidikan modern mempunyai pengaruh besar terhadap cara pengembangan kurikulum di berbagai negara. Progresivisme, misalnya, dipelopori oleh John Dewey pada awal abad ke-20. Dewey berpendapat bahwa pendidikan harus berpusat pada pengalaman dan interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya (Dewey, 1938). Sekolah yang dikembangkan mengusung prinsip pembelajaran harus kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, dengan menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Prinsip inilah yang menjadi dasar penerapan kurikulum berbasis proyek (Project-Based Learning) yang telah banyak diadopsi oleh sistem pendidikan modern untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kolaboratif siswa.
Selain itu, Konstruktivisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky juga memberikan dampak besar terhadap desain kurikulum saat ini. Piaget (1972) menekankan bahwa anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan Vygotsky (1978) memperkenalkan konsep kamu punya scaf, dimana guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mencapai pemahaman yang lebih mendalam. Konstruktivisme inilah yang mendasari model pembelajaran aktif, dimana siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk membangun pemahaman baru.
Humanisme sebagai tren pendidikan modern juga memiliki implikasi penting bagi pengembangan kurikulum. Aliran ini memandang pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan potensi diri secara holistik, meliputi aspek emosional, sosial, dan moral. Carl Rogers (1969), salah satu tokoh utama di sekolah ini, menekankan pentingnya hubungan pribadi antara guru dan siswa, serta pembelajaran yang berpusat pada individu, yang dikenal sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa. Implikasi dari pendekatan ini adalah pengembangan kurikulum yang fleksibel, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa.
Implikasi dari berbagai aliran pendidikan modern ini terlihat jelas pada perubahan paradigma pengembangan kurikulum saat ini. Kurikulum modern tidak lagi kaku dan terstruktur secara ketat, namun lebih fleksibel dan fokus pada pengembangan kompetensi yang relevan dengan perkembangan saat ini. Sebagaimana diungkapkan oleh Tyler (1949), pengembangan kurikulum harus mengikuti pendekatan yang sistematis, dimulai dari menentukan tujuan pendidikan, memilih pengalaman belajar, pengorganisasian pengalaman, hingga evaluasi hasil belajar. Model ini menjadi dasar penyusunan kurikulum berbasis kompetensi yang saat ini diterapkan di banyak negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan beberapa tahun terakhir mencerminkan pengaruh pendidikan modern tersebut. Kurikulum ini menekankan pada fleksibilitas pembelajaran, dengan memberikan ruang kepada guru untuk menyesuaikan metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah. Pendekatan ini sejalan dengan progresivisme dan konstruktivisme yang mendorong pembelajaran kontekstual dan aktif (Kemendikbud, 2020). Selain itu, pengembangan kompetensi sosial dan emosional pada Kurikulum Mandiri menunjukkan adanya pengaruh humanisme yang memandang pentingnya pembentukan karakter peserta didik sebagai bagian integral dari pendidikan.
Dengan demikian, implikasi aliran pendidikan modern terhadap pengembangan kurikulum saat ini tidak bisa dianggap remeh. Kurikulum adaptif yang berbasis pada pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik merupakan cerminan transformasi pendidikan yang mengakomodasi tantangan global dan perubahan sosial yang begitu cepat. Memahami berbagai aliran pendidikan tersebut memberikan landasan yang kuat untuk merancang kurikulum yang dapat lebih mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi tantangan masa depan.
- Pembahasan
Di bawah ini kita akan membahas tentang konsep pendidikan modern, kurikulum saat ini, peran pendidikan modern dalam pengembangan kurikulum, dan implikasi pendidikan modern terhadap pengembangan kurikulum.
- Konsep Aliran Pendidikan Modern
Aliran pendidikan modern mulai berlaku pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Perubahan ini dipicu oleh revolusi industri yang membawa perubahan besar pada struktur sosial dan ekonomi. Pendidikan modern ditandai dengan berbagai pendekatan dan pemikiran inovatif, dan tiga tokoh yang berperan dalam bidang ini adalah John Dewey, Jean Piaget, dan Maria Montessori. Masing-masing tokoh ini mempunyai pandangan unik dan berpengaruh terhadap cara pendidikan dipahami dan dilaksanakan.
John Dewey (1859-1952) adalah seorang filsuf, psikolog dan pendidik Amerika yang dikenal sebagai salah satu pendiri aliran pragmatisme di bidang pendidikan. Ia menekankan pentingnya pengalaman dalam proses pembelajaran. Konsep-konsep kunci dalam pendidikan Dewey meliputi: (1) Belajar Melalui Pengalaman: Dewey berpendapat bahwa siswa belajar paling baik melalui pengalaman langsung dan interaksi dengan lingkungannya. Ia percaya bahwa pendidikan harus relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari dan menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman nyata; (2) Demokrasi dan Pendidikan: Dewey memandang pendidikan sebagai sarana mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang aktif dalam masyarakat demokratis. Ia menekankan bahwa pendidikan harus mengajarkan nilai-nilai demokrasi dan kerjasama; (3) Kritis terhadap Pendidikan Tradisional: Dewey mengkritik metode pengajaran tradisional yang otoriter dan tidak fleksibel. Ia mendorong kurikulum yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan dan minat siswa.