Seandainya saya SBY atau katakanlah seorang Presiden yang pada saat ini dimana kemiskinan dan kesejahteraan rakyat yang sedang tidak jelas statusnya,ditambah berbagai isu negatif tentang saya dan kroni saya,ditambah anak saya juga sebagai yang di perbincangkan diduga ada hubungannya dengan Nazar dan lain-lain.Juga dengan kinerja saya yang dinilai rakyat banyak masih punya banyak Pekerjaan Rumah tentang bangsa ini.
Tentang semua hal yang berhubungan dengan kurang berhasilnya kinerja pemerintahan selama ini,dengan banyaknya suara-suara miring di pihak rakyat.Di tengah berbagai polemik bangsa dan situasi rakyat yang sangat membutuhkan program-program praktis untuk memenuhi segala hajatnya.Di tengah banyaknya berita rakyat kecil rebutan daging kurban yang setengah kilogram saja,ditengah banyak anak putus sekolah karena tak bisa beli sepatu,di tengah rakyat yang megap=megap kelabakan mencari biaya rumah sakit,biaya sekolah dan mencari seliter dua liter beras,atau malah ditengah banyaknya anak balita yang kekurangan gizi.atau ditengah semua potret kemiskinan dan kemelaratan rakyat kebanyakan.
Jikalau saya sebagai presdien RI saat ini,saya akan berbesar hati tak akan menikahkan,resepsi nikahan anak saya di Istana milik rakyat,milik negara yang keberadaannya di biayai oleh duit rakyat.Meskipun memang sebagai presiden saya mempunyai hak untuk menggunakan semua fasilitas negara.
Tetapi saya akan bertanya kepada nurani terdalam dan melihat ke bawah di sana betapa akan menatap dan menyaksikan berpuluh juta rakyat yang mencibir dan malah berpanas hati,karena situasi ironis yang terjadi ditengah kesejahteraan yang buruk di akar rumput ada pesta mewah dan wah dari penguasa hanya untuk kepentingan pribadinya dan keluarga.
Meskipun tidak salah karena posisi sebagai pemimpin negeri ini,tetapi kemanakah rasa tenggang rasa dan tepo seliro pemimpin kepada situasi rakyatnya di kenyataan sehari-hari.
Namun yaitulah saya hanya berandai saja itu bila saya sebagai presidennya,tetapi kenyataan saya bukan presiden dan yang terjadi adalah kenyataan bukan yang seandainya.
Yang terjadi sudah terjadi,namun akan membekas disebagian rakyat ternyata para pemimpin sudah tak menghiraukan lagi nanti bagaimana dan apa kata rakyat bila kami berbuat begini,atau berbuat begitu.Dengan kekuasaanya seolah halal saja dan selalu mencari pembenaran tentang apa yang mau di lakukannya.
Memakai Istana tidak salah memang,tetapi memakai sarana yang di biayai oleh rakyat untuk seremonial pribadi saya rasa kurang pantas dan kurang simpati di hati rakyat banyak.
Tetapi apalah semua telah terjadi.Nurani telah gelap dan kelam suara rakyat hanya setitik sinar bintang nan jauh di ujung langit sana di tengah gelap gulitanya hati nurani pemimpin pejabat negeri.
Jangan terlalu banyak berharaplah rakyat kecil,sudah diam saja dan menonton.Inilah kami yang lebih tahu segala aturan perundang-undangan apapun, termasuk memakai harta rakyat.Bila belum tahu pembenaran tidakan saya nantikan nanti "team"saya akan menjelaskan ke sodara-sodara tentang hukum dan undang-undang yang menghalakan cara saya secara UU atau secara ilmu Admistrasi negara,kalian rakyat kecil tahu apa sih...?.sana genjot lagi aja becakmu,setir lagi aja angkotmu,bajak saja sawahmu jangan urusin kami,ini urusan "tinggi"loh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H