Lihat ke Halaman Asli

“Maaf, Aku Nggak Ikut Udunan Ya...”

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tami, sebut saja begitu, rencananya akan menikah bulan depan. Tentu saja sekelompok penghuni kosan disitupun ikut senang walau ada sedikit iri karena gilirannya belum sampai sampai juga, alamat masih harus jadi penjaga kosan nih hehee.

Sebagaimana cewek-cewek yang suka heboh, merekapun semangat merencanakan baju seragam warna apa yang akan dipakai saat menghadiri pernikahan nanti. Kelakuannya lebih heboh dari calon pengantinnya sendiri. Lalu di hari libur, mereka ramai-ramai ke toko kain. Setelah disepakati, maka mulailah rencana menjahit baju itu. Ongkos jahit (dan beli kain) tentu ditanggung sendiri. Tidak apa-apa, toh ini solidaritas berdasar sukarela.

Selesai itu, ada timbul ide lagi. Rencananya mereka mau membeli barang yang nantinya akan diperlukan oleh Tami setelah menikah. Yang mulai timbul masalah, Tami adalah cewek terkaya di kosan itu. Dia juga shopaholic, menjurus ke hoarder (penimbun barang). Gudang kosanpun setengahnya dipenuhi sama barang-barang timbunannya. Ditambah lagi, dia penyuka barang bagus, tidak berakrab-akrab dengan harga murah meriah. Lili, teman terdekat Tami mengusulkan untuk beli AC. Setelah cek harga, rata-rata di atas Rp 2 juta. Penghuni kos ada enam orang (selain Tami tentu saja), jadi seorang kurang lebih udunan Rp 400.000,-

Lalu, beberapa orang terdiam. Pasti sedang menghitung cashflow nih.. Kemarin baru beli kain, ongkos jahit, mungkin perlu beli selop cantik kalau kebetulan tidak punya. Hingga akhirnya, salah seorang bilang, “Wah, maaf ya, aku nggak ikutan udunan deh.. Aku nanti mau beli sendiri atau kasih angpaw aja.”

“Iya.. sama, aku juga gitu deh..”

Dan, entah bagaimana rencana membeli tanda kasih berupa AC tadi, apakah jadi atau hanya sekedar wacana. Dengan mundurnya beberapa orang, tentunya besaran udunan tiap orang yang masih berniat memberikan AC akan menjadi lebih besar lagi.

Kadang terlintas dalam pikiran, mengapa ada perasaan sungkan untuk memberikan barang yang ‘biasa-biasa’ saja kepada orang yang senangnya dengan barang bagus dan ber-merk? Mengapa ada perasaan bahwa nanti barang yang kita beri tidak akan dipakai atau tidak berguna baginya? Apakah orang yang senang dengan barang mahal harus dihadiahi dengan barang yang mahal pula? Apalagi belakangan terdengar, tadinya Lili mengusulkan untuk memberi jam asli Guess yang merupakan impian  Tami. Haduh, penghuni kosan-pun makin mengkeret dibuatnya. No need to guess how much it is...

Kalau begini, kayaknya lebih enak menghadiri kawinan di kampung. Barang sederhanapun masih bisa dihargai. Nilai rupiah kecil dalam amplop-pun rasanya tidak malu untuk memberikannya. Pernahkah menghadiri pernikahan yang menuliskan nomer di amplop angpaw sesuai dengan nomer urut nama kita di buku tamu? Ya tentunya kita juga bukan orang yang pelitnya nggak ketulungan, hanya memberi lima ribu perak, tapi di tanggal tua, kadang Rp 50.000-pun berat untuk dikeluarkan.

Semoga saja keikhlasan doa yang hadir tidak dihargai sebesar nilai angpawnya. Besar nilai kalau tidak tulus juga mungkin kurang bermakna. Toh pernikahan itu ibadah, bukan bisnis untuk mendapat break even point dalam beberapa jam acara pernikahan. Coba bayangkan, dari banyaknya tamu yang diundang,  ada seorang yang kebetulan saat itu diberi anugerah oleh Allah bahwa apapun doanya maka akan dikabulkan. Lalu dia berdoa agar pengantin selalu langgeng, sakinah mawaddah warahmah. Dan doa itu yang akan terus terbawa dan menjadi penyelamat pernikahan yang sudah tentu tidak akan selalu diisi dengan ketenangan dan kebahagiaan semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline