Lihat ke Halaman Asli

Ummi Salamah, Mama Dedeh, dan Lutfiah Sungkar

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ustadzah Ummi Salamah. Sering diundang memberikan ceramah. Suami sudah meninggal. Punya anak 5 orang, 3 laki-laki, 2 perempuan. Walau sering memberi ceramah, tetapi kehidupannya sendiri penuh cobaan melalui anak-anaknya. Fariz yang temperamental sampai dilaporkan ke polisi oleh orang yang merasa tidak senang dengan kelakuannya. Alya, anak bungsu yang salah pergaulan, dimasukkan ke pesantren sebagai salah satu cara rehabilitasi dari narkoba.

Itu hanya cuplikan sinetron Air Mata Ummi yang beberapa hari ini sengaja saya ikuti. Rasanya tenang dan teduh sekali melihat Widyawati Sophian, yang memerankan tokoh Ummi Salamah. Walaupun dalam sinetron itu jatah ceramahnya hanya sebentar, lebih banyak dengan masalah kehidupan, tapi bisa melihat beliau dengan senyumnya, dan keanggunannya, itu bisa menyenangkan hati.

Sayangnya, walau sinetron ini dikemas dalam bungkus religi, mungkin menjelang Ramadhan, kehadiran tokoh-tokoh antagonisnya membuat sakit kuping dan menurunkan minat untuk terus menontonnya. Mungkin dalam kehidupan nyata, ada orang yang seperti Mpok Etty yang bawelnya setengah mati, tidak mau kalah, egoisnya luar biasa dan sepanjang waktu memikirkan cara untuk bisa mengalahkan Ummi Salamah. Latar kebenciannya hanya karena iri, suaminya yang ustad kalah pamor dengan sang ustadzah. Lalu cerita berputar pada permasalahan anak-anak remaja yang saling taksir menaksir, pemaksaan cinta gadis terhadap pujaan hati yang ternyata lebih menyukai gadis lain, perjodohan paksa oleh orang tua, suami yang menurut apa kata istrinya, kehidupan di pondok pesantren yang tergambarkan secara umum dan tidak mendalam.

Sinetron ini sepertinya tidak berbeda dengan sinetron biasa, dengan tokoh antagonis yang sangat mengedepankan mimik muka yang menyebalkan saat mengekspresikan kemarahan, kebencian dan keculasan. Kalau ini adalah sinetron religi, mungkin ada yang salah dalam pengemasannya. Terutama, mengapa Ummi Salamah seolah terlalu sabar dalam menghadapi orang-orang yang membencinya? Atau mungkin ini baru awal, nanti di akhir-akhir akan ada cerita bahwa Ummi bisa membuat orang-orang yang dahulu membencinya bisa berbalik jadi menyayanginya?

Walau bagaimanapun, masih ada nilai baik yang bisa diambil. Tergambar dari anak sulung Ummi, dengan istrinya (kebetulan diperankan oleh pasangan suami istri betulan, Attalarik dan Tsania Marwa). Diceritakan bahwa Haikal memerankan posisinya sebagai suami yang tegas dalam membimbing istrinya. Bahwa membantah orang tua adalah salah, namun jika orangtua menasihatkan yang buruk, sebagai anak tidak usah mengikutinya.

Lalu saya tiba-tiba teringat sama Mama Dedeh. Ustadzah yang bisa dikatakan naik daun sejak Ramadhan tahun lalu. Dari ceramah yang dihadirkan baik secara rekaman atau langsung di tivi, dari hanya menghadirkan 1 atau 2 majelis taklim sampai sekarang jumlahnya buanyaaak sekali, dari berbagai kota dan tentunya berimbas pada berbagai warna dan model seragam dari majelis taklim yang hadir. Gaya 'Ummi Salamah' dan Mama Dedeh sangat jauh berbeda. Kalau Ummi (walau hanya peran pura-pura) tampil dengan gaya yang lembut, diselingi dengan ketegasan. Sedangkan Mama Dedeh, sangat tegas dan cenderung judes. Kadang pertanyaan belum selesai sudah buru-buru dijawab, tapi ternyata bukan itu sebetulnya yang ditanya. Jadi istilahnya, sudah salah, kenceng lagi. Tapi walau bagaimanapun, jangan lihat siapa yang bicara, tapi dengar apa yang dikatakannya. Walau Mama Dedeh judes begitu, tapi yang dikatakannya benar dan memang seharusnya begitu, walau kadang saya sedikit mangkel kalau sudah di pembahasan bagaimana seharusnya istri terhadap suami. Karena Mama Dedeh sepertinya selalu menganggap para istri yang bertanya kurang service-nya. Selaluuu saja istri yang selalu disalahkan, sepertinya semua masalah yang ada datangnya dari istri. Giliran ada istri yang terdhalimi karena dimadu, jawabannya "Ridha atau tidak? kalau tidak silahkan cerai. Tapi kalau mau sabar, insya allah itulah ladang amal..." Titik. Tinggallah istri yang bertanya tadi terdiam. Yach.. begitulah adanya.

Berkaca pada sosok Ummi di dunia peran, mungkin Ustadzah Lutfiah Sungkar adalah pemeran nyatanya. Beliau termasuk lembut, tapi ada ketegasan pula. Suaranya lembut dan tidak berapi-api. Jadi, dalam menimba ilmu agama, gaya siapa yang paling Anda suka? Ummi Salamah a.k.a Lutfiah Sungkar atau Mama Dedeh?

Tidak ada yang salah dengan gaya keduanya. Tentunya yang salah adalah mereka yang tidak mau belajar, dan meluangkan waktu untuk mendengarkan siraman rohani, yang sebetulnya saat ini semakin diperlukan untuk memperkuat keimanan di tengah gerusan waktu yang semakin cepat berjalan seiring dengan datangnya persoalan kehidupan yang tak henti-hentinya, yang cenderung menempatkan ritual kedekatan kita dengan Tuhan di urutan paling belakang (termasuk saya heheee...).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline