Lihat ke Halaman Asli

Wiena Amalia Salsabilla

Fresh Graduate Jurnalistik Unpad

Seonggok Kisah dari Mereka yang Terhalang Jarak dengan yang Tersayang di Hari Lebaran

Diperbarui: 12 Mei 2022   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Terminal Cicaheum Bandung dua hari menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 H pada 30 Mei 2022. (FOTO: Wiena Amalia Salsabilla).

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,

Laa ilaaha illallahu wallahu akbar,

Allahu akbar wa lillahil hamd.

Gema takbir berkumandang. Saling bersahutan dari masjid di seluruh penjuru negeri. Memenuhi langit malam bersiap menyambut Hari Kemenangan.

Malam itu, seluruh umat Muslim dihampiri berbagai macam perasaan. Senang, karena hanya dengan menghitung jam, Idul Fitri yang harus melewati tiga puluh hari itu akan segera datang. 

Namun, sedih juga datang menghadang. Sedih karena tak ada jaminan kalau tahun depan, masih diberi umur untuk berjumpa dengan Ramadan bersama orang-orang tersayang.

Bicara tentang orang-orang tersayang, sayangnya, hal itu bukan milik semua orang. Kala Hari Raya Idul Fitri atau orang Indonesia biasa menyebutnya dengan Lebaran itu datang, sebagian orang harus menahan rindu lebih lama lagi untuk berjumpa dengan sang orang-orang tersayang.

Pulang kampung atau mudik atau apalah itu istilahnya, harus mereka lewatkan. 

Tidak mudah memang. Tapi kalau tidak dilakukan, mereka mungkin tidak bisa makan. Mereka mungkin tidak bisa menghidupi orang-orang yang mereka sayang.

Dari sekian banyak raga yang tertahan tidak bisa merayakan Lebaran dengan orang-orang tersayang, Jajang salah satunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline