Lihat ke Halaman Asli

Rahasia Papa dan Mama [1]

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12900025761003440718

[caption id="attachment_73398" align="aligncenter" width="190" caption="Chubby Little Girl!"][/caption]

“Orang kaya, anak dibiar sendirian” begitu kira-kira bisikan dari orang-orang yang mengenal papaku sebagai pengusaha yang bergerak di bidang property. Kalau diingat-ingat mengapa aku bisa mengabaikan pendapat mereka begitu saja. Padahal waktu itu umurku baru tiga tahun. Aku bisa saja menuntut kepada papa dan mama agar aku diantar jemput oleh orang tua seperti teman-temanku yang lainnya.

Walaupun sudah sering mendengar bisikan dari orang-orang yang meragukan orangtuaku, aku baru menyadari adanya perbedaan perlakuan tersebut setelah kelas 2 Sekolah Dasar (SD). Bisa dibayangkan dengan kondisi orang tua yang mampu alias tajir, tentu sangat mengherankan kalau anak umur 3 tahun yang masih TK (taman kanak-kanak) kecil, hanya hari pertama sekolah, aku diantar oleh papaku, setelah itu aku pergi dan pulang sendiri walaupun dengan menggunakan jasa jemputan. Turun dan naik dari kendaran jemputan, aku berjalan megal-megol dengan tas besar yang kubawa. Aku sudah terbiasa mandiri di usia yang sangat kecil. Lucunya di saat aku mendaftar di sekolah TK dulu, Kepala Sekolah TK  tersebut awalnya menolak untuk menerimaku menjadi muridnya, tetapi setelah melihat keaktifanku, beliau mengatakan "Boleh". Hari pertama sekolah, aku sangat bahagia, karena kali pertamanya menggunakan seragam sekolah, membawa bekal dan minuman, serta diantarin oleh orang tua. Dari kecil aku sudah sangat aktif. Sebagai anak kecil biasa, sehari-hari aku menghabiskan waktu untuk bermain prosotan dan ayunan selain waktu belajar di kelas. Saat itu aku masih belum merasakan apa-apa dan nikmati saja. Sementara saat mulai masuk SD, aku melihat saudara lelakiku selalu ditemani dengan setia oleh ibuku bahkan sampai SD kelas 2.  Sedangkan aku, setiap hari harus pergi sendiri dengan jemputan yang disuruh orang tuaku sejak hari kedua masuk TK. Aku sampai merasa tidak sayang oleh mereka, karena perlakukan mereka sangat berbeda jika dibandingkan dengan kedua saudara aku, bahkan aku tidak mendapatkan perhatian sedikitpun. Ketika aku sakit, aku hanya disuruh istirahat. That's all. Apa yang salah dengan aku? Apakah aku bukan anak kandung mereka? Apakah karena aku perempuan? Semua dugaan-dugaan aku yang buruk mulai bermunculan. Sehingga, apapun yang dikatakan oleh orang tuaku, aku mulai membantah dan memberontak. Walaupun aku merasa sedih kecewa dengan sikap orang tuaku,  tapi sekarang aku merasa ini bentuk keberhasilan papah dan mamah membimbing aku. Di saat aku kelas 2 SD, orang tua aku memaksa untuk masuk ke salah satu tempat kursus Bahasa Inggris. Karena aku takut, makanya aku masuk dengan terpaksa. Bahkan pernah sekali aku bolos, lalu aku mendapatkan hukuman dari kedua orang tuaku. Satu-satunya hal yang aku rasakan, agar bisa mendapat perhatian dari kedua orang tuaku adalah di prestasi sekolahku. Sehingga, di saat aku kelas  3 SD aku mulai serius belajar, dan sangat bersyukur sampai lulus SMA pun aku gak pernah di luar peringkat 3 besar sekolah. Apapun yang aku alami di sekolah, orang tuaku terkesan tidak mau tahu, mereka hanya datang di saat pengambilan rapot. Di saat pengambilan rapot itulah, aku sangat senang. Karena papa selalu memberikan semangat untukku. Bahkan papa merasa bangga denganku karena tidak ada teguran ataupun surat peringatan yang ditujukan untuk aku.  Hubungan aku dan papa sangat dekat, papa selalu menasehatiku untuk tidak bantah dan berontak terhadap pesan mama. Di saat SD, aku jauh lebih senang menghabiskan waktuku bersama teman-teman di sekolah, dibandingkan di rumah. Karena setiap kali aku pulang, aku mengurung diri di kamar. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku bahkan merasa bosan dan ingin segera keluar dari rumah ini. Bahkan aku pernah berantem dengan mama, sampai mama sakit. Aku bukan anak yang baik, karena aku tidak tahu apa tujuan orang tuaku memperlakukan aku seperti itu. Namun jawaban demi jawaban atas pertanyaan aku itu mulai terjawab di saat aku memasuki masa SMA. Di mana 3 tahun kemudian, aku akan berpisah dengan orang tua dan melanjutkan studiku. Aku mulai merasakan perasaan yang tidak enak, sedih karena harus berpisah dengan orang tua. Sampai-sampai aku bertanya langsung kepada papa dan mama mengapa aku diperlakukan seperti itu. Tetapi sekarang aku sudah bisa terima perlakuan papa dan mama, karena perlakuan tersebut merupakan rahasia papa dan mama untuk mendidik saya menjadi anak yang mandiri dan dewasa sebagaimana yang saya rasakan sekarang.

[BERSAMBUNG]

oleh : Dwi Astini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline