Lihat ke Halaman Asli

Aku, Kau, dan Tuhan

Diperbarui: 31 Mei 2020   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pict : widyawilwell

Aku sama sekali tidak menduga pertemuan itu akan sangat cepat berlalu, kembali menjadi asing tanpa bising, Mei adalah bulan egois kedua setelah Maret yang pernah aku temui, rikuh dan penuh sesak.

Egois dalam meminta, padahal sudah jelas hati belum bisa menemukan titik terangnya, dipaksa untuk membaca, padahal otak sudah tidak sanggup menerima bebannya.

Datang dengan penuh amarah lalu mendobrak pintunya dengan sengaja, terluka, lalu dengan tidak tau diri pergi tanpa permisi, membiarkan tangis pecah tak tau arah.

Aku sempat menerka, mungkin kamu adalah jawaban yang aku cari sejauh ini, tapi ternyata bukan, kamu hanyalah beban berat di dalam pikiran. Rumit untuk dipahami, terlalu keras dikasihani.

Omong kosong berlebih, membual dengan tidak tau aturan, meyakinkan dengan penuh perasaan bahwa akan hidup bersama hingga maut memisahkan, tapi kenyataan kita pisah ditengah jalan.

Paras cantik kau dahulukan hati tulus kau abaikan, otak dicuci nafsu, hati tak puas mengejar duniawi, meminta lebih dari ini tapi sujud sering kali lupa dan tak tau diri, tak malu pada Tuhanmu ia sering kali kau lupakan, sering kali kau duakan dengan hal-hal yang tak abadi digenggaman.

Heran, pintar sekali membalikan perkataan tapi rumit dengan arah dan tujuan, minta dilancarkan tapi seringkali pura-pura hilang ingatan ketika suara adzan sedang berkumandang. Maumu apa? Bahkan jika diberi dunia dan seisinya kau tak akan sanggup sendirian menopangnya.

Puanmu,
Widyawilwell, Mei 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline