Lihat ke Halaman Asli

Roselyn Loviana

Seorang Siswa yang Gemar Beropini

Memanusiakan Manusia

Diperbarui: 27 Mei 2017   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Kemanusiaan yang adil dan beradab” –Pancasila sila ke 2.

Setiap orang di dunia ingin diperlakukan seperti layaknya manusia. Adil dan beradab, seperti pada Pancasila sila ke 2. Namun, setiap orang di dunia juga tidak banyak yang sadar bila ingin diperlakukan seperti manusia yang layak mereka juga harus memperlakukan orang lain dengan layak pula. Gerombolan orang menuntut keadilan, namun gerombolan orang tersebut juga yang berlaku tidak adil pada sesamanya. Tiap-tiap orang berharap mendapat kehidupan yang beradab, namun tiap-tiap orang tersebut juga yang seakan lupa sehingga berlaku yang tidak beradab kepada orang lain.

Memanusiakan manusia seakan pantas menjadi topik yang sebaiknya digunakan mengingat dunia sudah mulai miring. Bukan posisi buminya yang perlahan berubah menjadi lebih miring, atau daratan dan lautan yang kemiringannya semakin tajam. Namun, pemikiran manusia dan gaya hidup mereka lah yang mulai miring dan tidak lagi seimbang. Sebagai manusia yang baik seharusnya kita bersikap baik pula kepada sesama. Bertingkah selayaknya manusia normal, tidak dengan membudakkan manusia lainnya seperti hewan.  Sebagai manusia juga, kita hidup bersosial dan saling membantu, tidak dengan menjadikan yang lain sebagai pembantu yang bisa dengan seenaknya disuruh tanpa berfikir situasi dan kondisinya.

‘tidak ada yang adil didunia’ juga seakan pantas menjadi kalimat yang mengambarkan dunia ini seperti apa. Pada kenyataannya, di jalur hukum pun kita sulit untuk mendapatkan keadilan yang sama. Yang tinggi memang dengan mudah mendapatkan keadilannya, sedangkan yang rendah? Mungkin harus berjuang sana-sini terlebih dahulu untuk mencari dukungan supaya dapat ditegakkan keadilan, keadilan yang merata tidak memandang fisik dan materialis.

Apakah dengan ketidak-adilan ini tetap dapat dikatakan bahwa kita adalah manusia yang beradab dan kita telah memanusiakan manusia? Apakah korban dari ketidak-adilan, dari penganiayaan yang membuat para korban seperti binatang dan benda mati yang tiada gunanya mengakui hal ini sebagai hal yang wajar terjadi di dunia? Tentu saja tidak.

Banyak dari mereka yang sebenarnya ingin memberontak, tapi betapa lemahnya mereka sehingga mereka hanya menuruti dan mengerjakan saja kemauan para monster dengan topeng manusia tersebut. Ada beberapa dari mereka yang berusaha bebas, namun seakan cap hewan telah ditempel di dirinya sehingga bagaimana pun mereka tetap saja disana, tidak bisa keluar kemana-mana.

Mereka yang menjadi korban tidak cukup jika hanya mendapatkan kata semangat. Mereka butuh penerapan akan Pancasila sila ke 2 tersebut dan kalimat memanusiakan manusia. Mereka juga tentunya sangat berharap mendapatkan kelayakan akan menjadi manusia yang adil dan beradab juga menjadi manusia yang hidup seperti manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline