Kabupaten Semarang mempunyai banyak sekali tempat wisata. Ada beberapa yang dekat dengan tempat tinggal saya, Kecamatan Bawen, seperti Dusun Semilir, Cimori, Banaran, Eling Bening, Goa Rong Saloka, Museum Kereta Api, Palagan Ambarawa, dan masih banyak lagi. Semua sudah pernah saya kunjungi, tentunya cukup satu dua kali saja, karena mengunjungi tempat tersebut berbayar.
Karena sering jalan kaki di tempat-tempat yang indah, kami memilih yang gratis tetapi tidak kalah eksotik dan menariknya. Salah satunya adalah Desa Wisata Bejalen, atau dikenal dengan nama Kampung Pelangi.
Apabila menuju ke sana kami berjalan melewati Lapangan Turonggo atau dikenal lapangan Pangsar (Panglima Besar Sudirman) Ambarawa kemudian melewati Beteng Wilhelmina atau Beteng Pendem, merupakan bangunan tinggalan Belanda. Kami juga melewati Sebuah Sekolah Dasar yang bangunannya juga tinggalan Belanda di mana suami belajar di sini tahun enampuluhan dan lulus awal tahun tujuh puluhan. Bangunan itu masih berdiri kokoh, dan model seperti aslinya.
Sesudah menyeberang jalan lingkar, sampailah kami di Desa Bejalen. Tahun delapan puluhan, almarhum ibu saya menjadi Kepala Sekolah di SD Negeri Bejalen. Saat itu suasananya masih sangat pedesaan, jalan banyak yang belum diaspal, dan masih sulit dijangkau selain itu, jarak antar rumah masih berjauhan.
Dengan adanya jalan lingkar, desa ini sekarang mudah untuk dikunjungi. Kita pun bisa menikmati keistimewaannya tanpa harus mengeluarkan uang.
Karena saya dan suami sudah lansia, ketika jalan kaki di tempat yang elok, aktifitas utama kami tentu bukan berselfi. Namun kami menikmati keindahan dan keistimewaan suatu tempat sembari mengucap syukur, masih diberi usia panjang dan bisa menyaksikan lukisan alam yang mengagumkan dari Sang Pencipta.
Kami berjalan di sepanjang sungai yang bersih dari sampah, dan uniknya pagar di tepi slsungai dan rumah-rumah di sekitarnya di cat warna warni, sesuai dengan julukannya, Kampung Pelangi. Seperti ciri khas penduduk desa di Kabupaten Semarang, penduduk Desa Bejalen, jika menjumpai seseorang, meski tidak kenal mereka akan tersenyum dan menyapa dengan ramah.
Sesudah menelusuri jalan di sepanjang sungai, kami memasuki perkampungan yang cukup padat rumah- rumahnya, sangat berbeda dengan suasana tiga puluh tahun yang lalu. Akhirnya kami sampai di pesawahan yang sangat luas, di mana kita bisa menyaksikan Gunung telomoyo dan Merbabu dengan jelas dari sini. Penduduk menamakan tempat ini " Lucky Land". Ya, memang tempat ini tentu sangat menguntungkan penduduk karena sangat subur. Jika musim panen telah usai, petani bisa mengembala bebek atau mencari keong sawah di sini.
Di tengah pesawahan dibangun jalan beton yang sangat nyaman untuk berjalan kaki. Orang yang melakukan olah raga baik berjalan kaki maupun naik sepeda bisa menikmati cantiknya panorama pesawahan di kiri kanan jalan. Embusan angin bertiup lembut menambah sejuk suasana, dan hatipun menjadi teduh. Lebih nyaman lagi, di pinggir pesawahan ada gubug- gubug yang bisa digunakan untuk beristirahat sembari memakan bekal.
Demikianlah refreshing ala orang tua yang sederhana dan tidak mengeluarkan biaya, tetapi membuat badan sehat dan bugar serta hati pun bahagia.
salam sehat dan bahagia untuk sahabat kompasiana.