Program Studi Magister Manajemen Universitas Wisnu Wardhana Malang
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sonny Leksono, SE., MS
Sebuah quotes oleh Peter Drucker yang tidak hanya pengusaha yang bisa menerapkan. Bahkan dalam diri setiap orang bisa menerapkan semangat tersebut. Bagaimana tidak, saat ini kondisi sosial, ekonomi dan politik berubah secara dinamis. Jika kita tidak bisa beradaptasi terhadap perubahan akan tertinggal. Entrepreneur bisa diartikan sebagai seseorang yang masuk dalam dunia bisnis, dan Peter Drucker mendefinisikan entrepreneur adalah orang mencari perubahan, merespon perubahan, dan mengeksploitasinya sebagai peluang. Dimana eksploitasi tersebut berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif (Tyas, 2019) . Dalam bahasa Indonesia Entrepreneur diterjemahkan sebagai wirausaha yang berasal dari Bahasa Sansekerta, wira berarti manusia unggul, teladan, berjiwa besar, berani. Sedangkan usaha adalah melakukan kegiatan usaha. Sehingga entrepreneur atau wirausaha tidak hanya orang yang memiliki bisnis, namun juga memiliki kepribadian yang baik, kesabaran, keuletan, berani dalam menghadapi tantangan, dan menghormati perubahan.
Ada 3 komponen utama dalam proses ini, antara lain pencarian perubahan, respon yang efektif, dan eksploitasi peluang. Perubahan Perubahan ini bisa berupa perkembangan teknologi, perubahan preferensi konsumen, atau pergeseran regulasi. Salah satu contoh dampak dari perkembangan teknologi digital di dunia kesehatan adalah dengan adanya pemeriksaan dengan menggunakan alat-alat canggih. Pada saat Covid-19, sulitnya berkomunikasi dengan tatap muka dijadikan peluang sebuah perusahaan memunculkan pelayanan kesehatan dengan online sehingga dikenal dengan telemedicine.
Ciri -- ciri seorang entrepreneurship diantaranya adalah dia merasakan dan mengejar peluang yang cocok dengan dirinya dan yakin bahwa keberhasilan akan diraihnya (Margahana & Triyanto, 2019). Dapat diartikan bahwa entrepreneurship tidak harus memilih banyak hal, pilih bidang yang paling diminati, dipelajari, diamati, kumpulkan informasi, bergerak dengan pengetahuannya untuk membangun usaha, tidak mudah menyerah, membuat inovasi dan berani mengambil risiko.
Dalam bukunya yang berjudul Menggapai Mimpi Melalui Entrepreneurship, Tyas (2019) menjelaskan ada 10 ciri-ciri dari seorang Entrepreneur menurut Bygrave yang dikenal dengan istilah 10 D, yaitu Dream (mimpi), Decisiveness (Cepat dan tepat dalam mengambil Keputusan), Doers (Pelaku), Determination (ketetapan hati), Dedication (dedikasi), Devotion (Kesetiaan), Detail (rincian), Nasib (Destiny); Dollars (uang), Distribute (Distribusi). Margahana & Triyanto (2019) menjelaskan beberapa alasan yang mendorong seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur :
- Otonomi, lebih leluasa dalam melakukan pengelolaan.
- Tantangan dan perasaan motif berprestasi sehingga peluang yang besar untuk mengembangkan konsep usaha dan menghasilkan keuntungan.
- Kontrol Finansial, lebih fleksibel dan leluasa dalam mengatur keuangan.
Suharti & Sirine (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja untuk para lulusan perguruan tinggi ditunjukkan dari data Badan Pusat Statistik, sehingga menumbuhkan jiwa kewirausahaan para mahasiswa bisa menjadi salah satu pilihan untuk mengurangi tingkat pengangguran. Pada masa persaingan lokal dan global saat ini kompetensi wirausaha sangata diperlukan (Dhamayantie & Fauzan, 2017). Sebagai seorang entrepreneur harus proaktif dalam mengambil langkah terhadap tantangan lingkungan. Entrepreneur yang sukses selalu memiliki mata yang tajam untuk melihat perubahan yang terjadi di sekeliling mereka. Ada 2 jenis keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur yaitu ketermpilan dasar dan khusus (Tyas, 2019). Keterampilan dasar meliputi mental dan spiritual tinggi, pribadi unggul, berinisiatif, dan dapat mengkoordinasikan kegiatan. Sedangkan keterampilan khusus meliputi keterampilan konsep (Conceptual skill), keterampilan teknis (technical skill), dan keterampilan dalam berhubungan dangan sesama manusia (human skill). Dhamayantie & Fauzan (2017) dalam penelitiannya mendefinisikan kompetensi sebagai sebuah kapabilitas atau kemampuan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan selama hidup untuk keefektifan kinerja dalam tugas atau pekerjaan. Kompetensi dalam wirausaha/entrepreneur berpengaruh terhadap kinerja usaha.
Bagaimanakan mengembangkan jiwa entrepreneurship?
Tyas (2019) mengatakan bahwa melalui pendidikan entrepreneurship diharapkan mampu menambah pengetahuan dan kemampuan dalam menghadapi persaingan global. Untuk menjadi entrepreneur yang kompeten harus belajar dan menggali kemampuan dan kreativitas. Belajar merupakan proses terus-menerus dan berlangsung sepanjang masa (life-long learnig). Oleh karena itu, pendidikan entepreneurship sebaiknya dimulai sejak dini.
Bagaimana pengusaha/entrepreneur mengetahui dan memahami perubahan?
Perubahan ini bisa berupa perkembangan teknologi, perubahan preferensi konsumen, atau pergeseran regulasi. Contohnya, perkembangan teknologi digital telah menciptakan banyak peluang baru di berbagai industri. Pengusaha seperti Elon Musk, dengan perusahaan seperti Tesla dan SpaceX, melihat peluang dalam perubahan teknologi dan berinovasi untuk memanfaatkannya. Mereka terus memantau tren global dan lokal, melakukan riset pasar, dan memanfaatkan data untuk memahami arah perubahan. Pengusaha memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber, seperti riset pasar, analisis data, tren industri, dan feedback konsumen. Mereka juga mungkin menggunakan intuisi dan pengalaman pribadi sebagai sumber pengetahuan. Pengusaha terus-menerus belajar dari lingkungan mereka. Mereka menganalisis informasi yang mereka peroleh, mengevaluasi relevansinya, dan menerapkan pengetahuan tersebut dalam pengambilan keputusan bisnis.