Lihat ke Halaman Asli

Dicari Perempuan Pendonor Telur dengan Bayaran Rp 52,7 Juta

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14055436311864102794

[caption id="attachment_315705" align="alignnone" width="1600" caption="Iklan di Craigslist (Foto: Widiyabuana Slay)"][/caption]

“Dicari pendonor telur untuk sepasang suami-istri. Jika memenuhi syarat maka akan menerima bayaran hingga USD 4.500.”

Demikian iklan yang terpampang saat saya iseng-iseng membuka craigslist untuk wilayah Florida Keys. Bayaran itu jika dikonversi ke rupiah bisa mencapai sekitar Rp 52,7 juta dengan perkiraan Rp 11.700 untuk setiap satu dollar.

Persyaratannya pun beragam. Ada yang meminta agar para perempuan yang rela mendonorkan telurnya itu sehat jasmani dan rohani, berusia antara 20-30 tahun, tidak merokok, belum pernah punya anak dan memiliki tampilan fisik yang tidak jauh dari ras calon orangtua sang bayi.

Ada pula yang meminta ras tertentu misalnya keturunan Yahudi, Rusia, Jerman, Polandia, dan masih banyak lagi.Fenomena ini sungguh menarik terutama menilik dari sisi humaniora. Apa yang terjadi jika dua bersaudara dari ibu yang sama bertemu lalu jatuh cinta dan kemudian memilih menikah. Salah siapa jika hubungan sedarah terjadi? Dengan mengatasnamakan ingin membantu sesama dan mencari uang maka masa depan anak-anak yang terlahir dari telur yang didonorkan menjadi tak tentu. Tak mengetahui siapa ibu kandung sebenarnya.

Perlu diingat jika mendonorkan telur tidak sama dengan surrogate mother. Egg donor berarti memberikan telur untuk dibuahi sperma dari suami dari perempuan yang tidak memilih sel telur yang sehat. Sementara surrogate mother adalah meminjam rahim seorang perempuan untuk menjadi tempat pembuahan sel telur oleh sel sperma dari pasangan suami-istri.

Bayi pertama yang lahir dari hasil pendonoran sel telur terjadi di Australia pada tahun 1983 di klinik Monash IVF. Sementara pada Juli tahun 1983, di wilayah California Selatan dilaporkan seorang perempuan hamil hasil donor sel telur yang kemudian menyusul pengumuman bayi Amerika pertama yang lahir hasil donasi telur pada 3 Februari 1984.

Kemajuan teknologi makin menakjubkan sekaligus mengkhawatirkan terutama jika teknologi itu mengubah manusia menjadi Tuhan. Perkara apakah ini bermanfaat bagi kemaslahatan orang banyak atau tidak itu perkara nanti.

Membaca iklan itu sungguh miris. Sangat dimaklumi jika banyak pasangan yang ingin memiliki anak kandung sendiri meski secara teknis bukan anak kandung si istri karena menggunakan sel telur dari perempuan lain.

Apakah ini sudah sesuai etika kemanusiaan? Sungguh sulit memberikan jawaban yang pasti karena setiap orang memiliki hak untuk menjalani kehidupan mereka. Setidaknya banyak perempuan (dan juga laki-laki) mengambil kesempatan untuk mencari uang dengan mendonorkan sel telur atau sperma mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline