Bioetanol adalah salah satu jenis biofel berupa etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Bioetanol merupakan salah satu bahn bakar alternatif yang ramah lingkungan dan memiliki potensi sebagai bahan bakar terbarukan. Berbagai penelitian yang telah dilakukan untuk mengambangkan bioethanol dari berbagai bahan baku. Salah satu bahan baku yang di kembangkan saat ini adalah pembuatan bioethanol dari bahan baku limbah organik.
Limbah organik dapat banyak di temukan di lingkungan sekitar, terutaa dari limbah pertanian. Pertanian menjadi salah satu penyumbang limbah organik terbesar. Banyak limbah pertanian yang dapat menjadi salah satu bahan baku pembuatan bioethanol, terutama limbah organik yang banyak mengandung gula (glukosa). Glukosa yang difermentasi menjadi etanol sehingga menghasilkan produk bioethanol. Glukosa dapat ditemukan di erbagai tanman seperti tebu, pidang, dan lain sebagainya.
Dari pembahasan diatas ma artikel ini dibut. Artikel ini di buat untuk membahas prmbuatan bioethanol dari limbah pertanian seperti ampas tebu, kulit pisang, kulit kopi, dan kulit buah kakao. Fokus utama dalam artikel ini mengkaji motode, hasil penelitian, serta kontribusi terhadap energi. Berikut ringkasan dalam bentuk paragraph dari 5 artikel yang direview:
1) Azrin et al ( 2023): Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah kulit kopi yang terbuang di masyarakat. Penelitian yang dilakukan menggunakan limbah kulit kopi sebagai bahan baku bioethanol. Proses fermentasi dilakukan dengan ragi roti dengan menunjukkan hasil bahwa kulit kopi dapat menghasilkan bioethanol dengan kadar cukup tinggi. Sehingga penelitian ini membuat kulit kopi memberikan potensi cukup besar sebagai bahan baku pembuatan bioethanol.
2) Hidayah, (2018): Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi inokulum S. cerevisiae terhadap kadar etanol yang dihasilkan pada proses fermetasi kulit buah kakao. Penelitian ini meneneliti tetang pengaruh variasi konsentrasi inoklum saccharomyces cerevisiae terhadap produksi bioethanol dari kulit buah kakao. Dalam penelitin digunakan metode fermentasi yang dilakukan dalam beberapa tingkat konsentrasi inoculum. Hasil penelitianya menunjukkan konsentrasi inoculum yang tinggi dapat menghasilkan kadar bioethanol secara lebih tinggi.
3) Purba & Saragi (2021): Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan pengganti bahan bakar yang berasal dari bahan bakar alternatif yang dapat membantu mengurangi krisis dari bahan bakar minyak bumi. Penelitian ini menggunakan tebu sebagai bahn baku pembuatan bioethanol. Metode fermentasi tradisional digunakan dalam pembuatan bietanol. Dari penelitian ini terbukti tebu dapat digunakan sebagai bahan baku yang efisien dibuktikan dengan hasil bioethanol yang cukup tinggi.
4) Anwar & Subagyo (2020): Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar bioetanol terbaik dari varian campuran apas tebu dan kulit pisang. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan limbah ampas tebu dan kulit pisang untuk membuat bioethanol. Metode yang digunakan adalah fermentasi dengan menggunakan variasi massa ragi. Hasil penelitian diperoleh bahwa dengan meningkatnya massa ragi maka akan mempengaruhi kadar bioethanol yang dihasilkan.
5) Wusnah dkk (2019): Penelitian ini bertujuan membuat bioethanol dari kulit pisang kepok dengan variasi waktu fermentasi. Penelitian iani menggunakan pisag keprok sebagai bahan baku utama pembuatan bioethanol. Proses fermentasi dilakukan dengna optimasi parameter waktu. Hasil penelitian diperoleh bahwa kulit pisang keprok memiliki potensi besar sebagai sumber bioethanol.
Dari lima artikel yang direviuw dapat dilihat bahwa semua penelitian membuktikan jika bahan organik, seperti ampas tebu, kulit kopi, kulit buah kakao, dan kulit pisang dapat diolah menjadi bioethanol. Semua bahan yang digunakan dalam setiap artikel yang direview merupakan hasil sampiang dari produk. Ampas tebu menjadi hasil samping produksi gula yang kaya akan sukrosa. Kulit kakao, hasil samping dari industri cokelat, kaya akan selulosa dan gula kompleks yang dapat diolah menjadi bioetanol. Kulit kopi merupakan limbah dari industri pengolahan biji kopi yang kaya akan karbohidrat kompleks. Terakhir kulit pisang keprok yang kaya akan karbohidart sederhana seperti glukosa.
Dibalik keunggulan yang diperoleh dari lima artikel. Ditemukan kelemahan di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penelitian berada di skala laboratorium, belum di lakukan secara besar-besaran. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan efisiensi dari penggunaan bahan baku yang di teliti di laboratorium dengan konvensional. Sehingga, penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi implementasi pada skala industri untuk menguji kelayakan ekonomis dan teknisnya. Selain itu beberapa penelitian pada lima artikel diatas belum banyak penelitian yang mengevaluasi efisiensi energi keseluruhan dari proses fermentasi hingga pemurnian bioetanol. Kajian energi ini penting untuk memastikan bioetanol lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil.
Kelimpa penelitian yang di review menunjukkan bahwa bioethanol dari limbah organik seperti ampas tebu, kulit kopi, kulit buah kakao, dan kulit pisang memiliki potensi besar sebagai energi terbarukan. Meskipun masih memiliki beberapa kelemahan seperti skala produksi dan efisiensi energi. Kelima penelitian ini membuka peluang besar untuk transisi energi ke energi yang lebih rama lingkungan. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya mencakup pengembangan teknologi, peningkatan efisiensi, dan studi skala besar untuk mendukung implementasi bioetanol dalam industri.