Seberapa sering kalian melihat konten-konten kesehatan mental di media sosial?
Apakah kalian pernah melihat respon netizen yang dengan mudah menyatakan dirinya mental illness tanpa konsultasi profesional?
Di era yang sangat menomorsatukan kesehatan mental, tak heran jika banyak ditemui edukasi mengenai kesehatan mental dan banyak orang yang peduli terhadap mentalnya masing-masing.
Fenomena yang semakin marak beredar di masyarakat terutama melalui media sosial saat ini adalah kondisi dimana konten-konten mengenai kesehatan mental merajalela hingga memunculkan perilaku self-diagnosis di kalangan pengguna medsos. Jadi, apa itu self-diagnosis? Apa masalah dan dampak negatif yang ditimbulkan? Berikut ini pembahasannya.
Self-diagnosis
Self-diagnosis sendiri adalah kegiatan dimana seseorang berusaha untuk mendiagnosis kondisi medis atau kesehatan mereka sendiri tanpa bantuan profesional medis. Dalam hal ini, sumbernya dapat diperoleh darimana saja melalui internet.
Media sosial adalah salah satu yang paling berperan dalam maraknya self-diagnosis. Beberapa akun platform media sosial seperti Tik-Tok, Instagram, Twitter, maupun Facebook kerap kali menyebarkan konten kesehatan mental yang kurang jelas sumbernya. Konten tersebut seringkali dipercaya dan berujung self-diagnosis oleh pembacanya.
Self-diagnosis dapat digunakan sebagai langkah awal untuk memahami gejala atau kondisi kesehatan. Namun, yang menjadi masalah adalah ketidak akuratannya dan dapat mengarah pada kesalahan yang berbahaya dalam pengidentifikasian gejala kesehatan mental.
Bahaya Self-diagnosis
Berikut ini adalah alasan mengapa kamu harus mengurangi kecenderungan self-diagnosis kesehatan mental.