Lihat ke Halaman Asli

miranti widya ponulele

Analis Pembangunan Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah

Investasi Besar, Pisau Bermata Dua yang Berpotensi Merusak Iklim Usaha Mikro Indonesia

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tulisan ini saya buat karena terinspirasi pada satu kejadian di hari minggu kemarin. Seperti biasanya saya memanfaatkan hari minggu untuk berwisata kuliner, hal yang sangat sulit saya lakukan pada hari kerja. Pilihan saya jatuh pada Nasi kuning, sarapan khas nusantara yang sangat banyak tersedia di Kota Palu. Diantara banyak warung makan tersebut salah satunya adalah warung banjar atau nasi kuning STM yang merupakan langganan keluarga saya sejak puluhan tahun lalu. Tiba-tiba saya terkejut karena tidak seperti biasanya warung makan tersebut tidak buka. Disebelah warung tersebut ada toko kelontong, sekilas saya mengenali ibu pemilik warung makan sedang duduk didalamnya. Reflex saya bertanya, “ibu tidak jualan hari ini??” yang dijawab oleh beliau dengan “udah tutup dek, saya ngga punya pegawai lagi”. Mendengar jawaban ini terus terang saya heran bukan kepalang, puluhan tahun keluarga saya menjadi pelanggan dan rasanya tidak masuk akal, akhirnya dari percakapan selanjutnya saya mendapatkan jawaban, jika saat ini banyak para pencari kerja yang memilih untuk berkerja di Mall, Café, hotel dibanding dengan bekerja di usaha rumahan. Banyak factor yang memang memungkinkan hal tersebut, mulai dari gengsi, pendapatan yang lebih tinggi, hingga waktu kerja yang lebih fleksibel dapat dijadikan alasan. Sulawesi Tengah dan Kota Palu memang tengah giat membangun, pesona hasil tambang dan pariwisata membuat investor tidak lagi segan untuk berinvestasi di wilayah kami. Satu hal yang mungkin sangat menguntungkan bagi perekonomian daerah, namun disisi lain ternyata menyebabkan terganggunya aktivitas pelaku home industry. Padahal seperti kita ketahui bahwa home industry dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah sedikit dari beberapa usaha yang paling kebal terhadap krisis moneter. Terus terang saya tidak mampu menjabarkan melalui bahasa ekonom mengapa hal itu terjadi, tapi secara logika, Home Industry dan UMKM adalah unit usaha yang mandiri dan tidak rentan terserang efek dari kredit macet yang melanda Negara asing, sehingga menurut saya sangat disayangkan kalau akhirnya investasi besar dari luar akan mematikan aktivitas perekonomian kecil namun mandiri. Hal ini membuat saya berpikir, mungkin dibutuhkan trik dan regulasi tertentu agar peristiwa seperti ini tidak berulang dan meluas. Mungkin ada kompasianer yang bisa membantu menjelaskan kepada saya apabila telah ada regulasi yang dikeluarkan untuk melindungi usaha mikro seperti ini. Ah, yang terpenting adalah saya berharap semoga warung kesayangan keluarga kami bisa segera merekrut pegawai lagi, paling tidak, agar keturunan saya bisa merasakan apa yang pernah kami rasakan dimasa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline