Rasanya sudah lama juga saya enggak menulis di Kompasiana. artikel terakhir saya tulis sudah saat Bulan Puasa lalu. Wah, lama juga. Malu dong jadi kompasianer terverifikasi kalau males nulis. *tutupmukapakepanci.
Baiklah, sebagai warming up saya menulis yang enteng-enteng saja. Perkenalan saya dengan pola makan yang saat ini sedang ngetren, nih! FOOD COMBINING.
------------------------------
Jeng Ima adalah salah satu schoolmate saya, kami satu sekolah sewaktu SMP dan SMA (waktu itu namanya SMU). Beliaulah yang sangat berjasa memperkenalkan dan membuat saya ingin mulai mencoba food combining. Seingat saya, kami belum pernah sekelas, dan tak terlalu akrab juga sih saat jaman sekolah. Entah bagaimana awalnya, kami menjadi akrab ketika ada Facebook, media media ini kembali mempertemukan kami. Kami menjadi akrab.
Sebenarnya, lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ada seorang senior di kampus yang bercerita bahwa dia menjalani food combining. Waktu itu disebutnya Diet Hay.
Saat itu saya hanya mendengar ceritanya setengah-setengah dan sama sekali tak berminat. Maklum masih sangat muda, langsing atau lebih tepatnya kurus, dan merasa tak punya masalah serius dengan kesehatan, meskipun sering maag dan migrain. Saya merasa diet Hay seperti kurang nyaman untuk dilakukan. Dalam pikiran saya, kenapa nasi tidak boleh dimakan dengan daging? Wah, bakalan kelaparan saya, pikir saya waktu itu.
Kembali ke cerita Jeng Ima. Suatu saat saya melihat Jeng Ima memposting foto-foto menu makan siangnya. Lalu diikuti postingan foto-foto menu sarapan. Status-status tentang sarapannya, dan sebagainya. Siapa sangka, postingan yang sekilas nampak narsis itu ternyata sangat menarik di mata saya. Saya rajin mengikuti postingan demi postingan dan sampai pada kesimpulan, Jeng Ima ini punya cara makan yang khusus. Menurut saya, menu makannya cukup ekstrim. Namun begitu, saya sangat tertarik.
Apa yang membuat saya mulai melirik kebiasaan Food Combining Jeng Ima?
Pertama, dia makan dengan cara yang sangat sederhana. Menunya seperti ini, sarapan cukup dengan buah-buahan terutama jenis lokal.
Saya pikir, untuk ibu yang bekerja, cara makan seperti itu sangat menarik. Ya, menarik, karena tidak membutuhkan banyak waktu untuk menyiapkannya. Begitu juga menu makan siang dan malamnya. Jeng Ima seingat saya kerap men-share dan men tag saya foto-foto salad atau sayuran kukus plus tahu-tempe goreng atau kukus. Sekali-kali jeng Ima menambahkan ayam goreng.
Kedua, Kesederhanaan menu di atas, sangat menarik buat saya. Apalagi saya juga berkecimpung di bidang lingkungan. Dimana, semakin sederhana proses pembuatan makanan maka semakin sedikit pula dampak negatif yang ditimbulkannya untuk lingkungan.
Ketiga, prioritas dengan pemilihan bahan makanan lokal. Membeli dan memakan makanan lokal bagi saya, selain harganya murah, nutrisinya lengkap karena tanah Indonesia subur. Juga sangat ramah lingkungan karena bahan makanan lokal tak memerlukan bahan bakar yang sangat banyak untuk mendistribusikannya, tak seperti pangan impor. Makan pangan lokal bagi saya sama dengan meminimalisir jejak karbon.
Jadi, kemudian baru saya tahu, bahwa pengaturan makan yang dilakukan karib saya ini namanya adalah Food Combining, disingkat FC. Sederhananya, FC itu eksekusinya begini:
- pagi hari begitu bangun tidur, minum segelas air hangat yang dibubuhi perasan lemon atau jeruknipis
- setelah berjeda sejenak, dilanjut sarapan buah-buahan, sarapan buah dilakukan bertahap. Jadi kalau lapar lagi ya makan lagi. HANYA makan buah sampai sekitar pukul 11 siang.
- makan siang dan malam bebas, HANYA aturan utamanya adalah TIDAK mencampur karbohidrat dan protein hewani.
Singkatnya, kemudian saya tertarik pada FC. Di tengah-tengah ketertarikan ini, suatu saat saya mendapat tugas kantor untuk mengikuti sebuah acara rapat kerja di sebuah hotel berbintang 3 di Kota Solo.Saya be gitu tergoda mencoba mulai Food Combining, saat beberapa hari di hotel. Maklum, kalau di hotel kan, semua tersedia. Tinggal ambil saja.
Saya begitu berselera melihat buah-buahan dan aneka salad yang selalu tersedia terutama saat sarapan. Saya pun mencoba. Memulai sarapan dengan buah-buahan yang saya kunyah lambat-lambat, namun setelah buah saya masih melahap pula menu lainnya. Saya khawatir kalau-kalau kemudian saya kelaparan di tengah acara, bukankah saya tidak mungkin kembali ke resto untuk mendapatkan buah-buahan kembali. Setidaknya saya sudah melahap buah, dan juga mengutamakan sayuran mentah yaitu aneka salad.
Tiga hari dengan pola makan tersebut, saya merasakan perubahan yang cukup signifikan. Badan terasa segar, padahal saya harus menempuh perjalanan dari tempat asal saya kurang lebih 28 jam pulang dan pergi dengan jalur darat dan juga harus duduk berjam-jam untuk mengikuti rapat.
Ah, tampaknya saya mulai jatuh cinta. Setelahnya, saya memutuskan untuk mulai ber- Food Combining. Hingga kini saya memutuskan tetap dengan pola makan ini. So far, banyak manfaat yang didapat:
- masalah alergi jauh berkurang
- masalah nyeri haid juga sangat jarang muncul kembali
- wajah tak lagi jerawatan,padahal ini masalah sejak saya beranjak puber dulu.
- tidak mudah ngantuk di pagi hari
- tidak mudah sakit
- gangguan maag tidakpernah datang lagi
- berat badan ideal dan stabil
Nah, itu pengalaman saya ber-food combining. Banyak teman di sekitar saya yang juga sudah menerapkan FC dan mendapat manfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H