Itchy feet!
Kesannya gimanaaaa... gitu ya dengar ungkapan itu. Seperti membayangkan sosok yang enggak bisa diam. Maunya, jaaaalan melulu. Dan itu real! Saya punya banyak teman-teman seperti itu. Bahkan suami dan anak-anak juga.
Tuhan memang Maha adil ya. Diciptakannya saya yang mager berdampingan dengan suami yang kakinya gatal, doyan jalan doyan olah raga. Sebaliknya, suami yang pola makannya amburadul, dipasangkannya dengan saya yang tertib soal makan. Haha....
Soal jalan, suami bukan sekadar demen jalan-jalan di mall atau pusat-pusat perbelanjaan. Beliau lebih suka jalan-jalan di alam, terutama yang medannya menantang dan pemandangannya memang biasanya luar biasa beda dengan keseharian kami. Gunung misalnya, waaah... itu destinasi kesukaan dia bangettt! Kadang-kadang ke gunung tiba-tiba jalan aja! Beberapa jam aja ngilang. Datang-datang pas saya tanya, "dari mana?" "Hehe.... Ijen." Jawabnya. Emang yaaa....apa enggak pegel itu kaki. Padahal perjalanan ke Kawah Ijen itu, dari rumah saya 2 jam naik motor sampai pos terakhir dimana motor bisa parkir. Lalau disambung perjalanan naik, sekitar 1,5 jam dengan jalan menanjak dan berpasir.
Diam-diam, saya mengamati, apa sih rahasia Pak bojo ini bisa dengan entengnya jalan di medan ekstrem seperti tanpa khawatir serangan pegal? Oh... ini tho rahasianya!
- Exercise
Ala bisa karena biasa. Pepatah kuno bin zadoel memang, tapi benar kok! Suami saya selalu mengingatkan. Latihan...latihan...sementara saya memang cenderung mager. Beliau hamper setiap hari jalan kaki atau lari. Jadi memang enggak heran, jika saat trekking di medan yang menantang, dia relatif kalem tanpa terlalu banyak keluhan.
Di saaat kami akan naik ke kawah ijen sekeluarga, beberapa waktu sebelumnya, suami sering mengingatkan. Hayuk latihan...latihan.... setidaknya 3x berputar alun-alun (sekitar 3 kilometeran) dilakukan beberapa kali, sebagai bekal sebelum naik ke Kawah Ijen. Tanpa latihan, bukan Cuma kaki dan badan pegal ancur-ancuran akibatnya, bahkan bisa-bisa tak sampai kawah kita sudah nyerah duluan. Banyak lo kejadian begini yang diceritakan oleh kawan-kawan saya.
Setiap orang memang punya toleransi berbeda terhadap pegal. Tapi, dengan latihan, rentang toleransi tersebut bisa diperlebar lo. Saya sudah membuktikan sendiri. Setiap hari berjalan kaki ke kampus, dan pada saat trekking ke Patirana, ternyata saya tidak terlalu merasa pegal. Tidak seperti kunjungan saya yang pertama ke Patirana (wisata alam pegunungan di Bondowoso), yang waktu itu saya belum terbiasa jalan kaki setiap hari.
- Pola Hidup Sehat
Percaya enggak, orang yang hidupnya sehat itu tidak mudah pegal-pegal. Yeah... ini riil banget terjadi pada kami. Makin tua usia kami, Alhamdulillah dengan gaya hidup sehat yang kami jalani, enggak yang dikiti-dikit ngeluh pegel. Termasuk urusan pegal saat jalan-jalan ekstrem di alam bebas.
- Pemanasan dan peregangan
Suami termasuk orang yang tertib untuk peregangan dan pemanasan. Mau naik gununglah.... mau trekking menyusur sungai dan hutan lah... termasuk saat akan lari tentu. Yah... prosedur ini penting bukan buat sekadar mencegah pegal. Tetapi juga buat menghindari terjadinya cedera otot.
- Krim Otot
Saat jalan yang ditempuh sangat ekstrem, enggak jarang juga meski sudah dicegah dengan berbagai cara, si pegal tetap datang dalam kadar yang wajar. yah .... namanya juga manusia ya. Nah... dalam kondisi begini, kudu cari solusi dong, supaya si pegal enggak menghambat aktivitas beliau selanjutnya.
Nah, akhir-akhir ini saya lihat beliau bawa-bawa ini nih! Namanya Geliga Krim. Dengar nama Geliga, saya langsung teringat balsam yang dulu biasa dipakai ibu saya. Saya kira produk yang sama. Ternyata beda ya, meski tetap dalam satu produksi.
Kenapa sih pakai Geliga? Coba saya cari tahu.....
Geliga krim ini komposisinya terdiri dari Metyl Salicylate, Menthol dan Camphor. Menurut saya, baunya cukup ramah, dan teksturnya tidak lengket. Jadi, ini cukup nyaman digunakan dan tidak membuat penggunanya berbau aneh. Haha.... Kalau soal rasa hangatnya, menurut saya sih pas, ya. Tapi memang sih, soal rasa panas itu subjektif ya, tergantung kebiasaan dan toleransi masing-masing orang juga.
Oh ya, kalau menurut pengalaman saya, menggunakan obat oles seperti Geliga krim ini, sebaiknya cukup diurut ringan saja, jangan terlalu bersemangat sampai dipijit dengan keras. Salah-salah justru makin sakit kalau kita tak tahu tekniknya. Dan kalau boleh menyarankan nih, sebaiknya waspada juga terhadap rasa nyeri. Jika sudah melakukan tindakan-tindakan pencegahan pegal di atas, tetapi Anda masih terus menerus merasa nyeri atau pegal yang tidak wajar, sebaiknya periksakan ke dokter deh. Karena rasa tidak nyaman, apapun itu, termasuk pegal, kalau menurut saya sih adalah sebagai alarm tubuh yang diberikan Tuhan pada kita agar kita aware bahwa ada sesuatu yang kurang beres.
Nah, Anda yang mau jalan-jalan ekstrem tanpa gangguan pegal, silakan sontek cara Pak suami saya mencegah dan mengatasi pegal di atas ya. Selamat jalan-jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H