Lihat ke Halaman Asli

Galuh Azalea... [Stage 9]

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13851691251318993072

Stage 9

[caption id="attachment_293963" align="aligncenter" width="300" caption="pic by/Al"][/caption]

Stage 9

Aza tersenyum di dekat jendela rumahnya. Memandang taman bunga dan rumput segar sore itu setelah menerima telepon sambungan internasional dari Indonesia. Ia merasa lega bahwa semua berjalan seperti yang di inginkannya. Besok ia akan memberikan testimoni di depan forum organisasi sosial di seluruh dunia dibawah beberapa lembaga PBB diantaranya ILO, WHO dan UNICEF tentang kegiatan dan pandangan-pandangannya tentang woman and children trafficking yang selalu ia tuliskan di official website dari lembaga independent yang didirikannya untuk menangani pencegahan human trafficking di berbagai negara.

Setelah sekian lama Aza berjuang akhirnya ia mencapai hasil dimana beberapa simpatisan dari berbagai belahan dunia mengikuti jejaknya dan membuat sebuah komunitas yang sangat aktif mengkampanyekan penolakan terhadap praktek human trafficking dengan mengadakan berbagai kegiatan yang bersifat sosial.

Ni Luh Azalea Putri telah mengalami metamorfosa sempurna dari seorang korban perdagangan wanita menjadi seorang calon duta eksekutif untuk organisasi yang memerangi praktek woman and children trafficking di seluruh dunia. Ia tidak menginginkan jabatan eksklusif tersebut meski kenyataannya ia pantas mendapatkannya. Usahanya memberantas dan memerangi praktek perdagangan manusia tidak hanya dilakukan dengan menulis di internet dan memberi peringatan akan bahaya perdagangan manusia namun lebih jauh ia telah melakukan tindak nyata dengan mendirikan BLK yang tersebar di berbagai Negara

Kevin Montana adalah seorang yang sangat berjasa dalam membantu Aza melaksanakan kegiatannya. Sebagian keuntungan dari proyek raksasa di beberapa Negara ia berikan kepada istrinya untuk menunjang kegiatandan operasional yang nilainya sangat fantastis. Entah kepercayaan apa yang dianutnya, Kevin percaya bahwa semakin banyak ia mengeluarkan dana untuk beramal maka semakin banyaklah keuntungan yang ia dapatkan.

Kevin tidak hanya sesumbar dengan janjinya, terbukti meski akhir-akhir ini kesehatannya mulai terganggu dan ia harus berada di rumah, namun kekayaannya tetap saja berlimpah. Bahkan ia yakin kekayaannya tidak akan habis dalam kurun yang sangat lama.

Kevin memang lebih sering menghabiskan waktu bersama Aza dan Junior karena meski setelah operasi karena penyumbatan di jantungnya berhasil, ia merasa hidupnya tidak akan lama lagi.Ia ingin menghabiskan sisa usianya bersama keluarganya.

Saat itu Kevin tengah merayakan ulang tahunnya yang ke 65 tahun di sebuah villa di Valencia, Itali bersama Aza dan Junior yang saat itu telah berusia 12 tahun. Pemandangan laut di pesisir timur Negara itu sangat ia kagumi. Aza tak pernah menyadari bahwa malam itu adalah malam terakhir bersama suaminya. Setelah mengucapkan selamat malam Aza tidak pernah menemukan Kevin Montana membuka matanya. Ia meninggal dalam pelukan istri yang sangat di cintainya.

Rangkaian bunga mawar putih di atas batu nisan yang bertuliskan Kevin Montana seakan menyiratkan bahwa pria berdarah Itali itu berhati putih bersih seperti kelopak mawar. Azalea tak mampu menutupi duka dari sikap diamnya. Sambil menggandeng Junior ia memasuki mobil dan segera meninggalkan pemakaman yang menyimpan jasad Kevin selama-lamanya.

Aza memutuskan untuk tetap bertahan dengan perjuangannya. Duta Internasional untuk penanganan dan pencegahan human trafficking tetap harus ia laksanakan. Aza banyak melakukan perbaikan pada dirinya, bahkan secara bertahap ia telah berhasil menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang strata dua di sebuah Universitas ternama di Amerika.

Malam itu setelah dua tahun kepergian Kevin Montana ia kembali ke Valencia, Itali. Aza sengaja meninggalkan New York , rumah mewah dan Junior, anak semata wayangnya yang saat ini sedang menyelesaikan sekolah di sebuah asrama ternama, untuk sebuah tujuan. Ia akan membuka sebuah yayasan Independen yang bergerak di bidang sosial yang bernama Kevin Montana foundation. Lembaga ini nantinya akan bergerak di berbagai permasalahan sosial terutama kampanye pencegahan dan penanggulangan korban human trafficking di seluruh dunia.

Setelah sebuah jamuan makan malam yang megah, Aza merasa ingin sendiri mengenang almarhum Kevin di sebuah cafe berbintang di tepi pantai. Selain ia sendiri sangat mencintai pantai, di tempat inilah terakhir kali ia dan Kevin bersama sebelum ia memejamkan mata untuk selama-lamanya.

Bere ilcioccolato al latte, amante…” seorang pelayan menyajikan secangkir coklat susu di mejanya.

“Grazie…”

Qualcunovuole conoscerti. cosa vuoi? è venutodall'Indonesia ” pelayan itu menanyakan apakah Aza mau menemui seseorang dengan sangat sopan.

“Va bene. per favore..” Aza merasa heran...siapakah orang Indonesia yang berada di Velencia ini?. Belum terjawab pertanyaannya seorang pria berjalan ke arahnya. Keremangan lampu beranda cafe ini membuat Aza kesulitan mengenali pria itu, namun sepertinya Aza mengenali postur tubuhnya, meski saat itu ia mengenakan coat panjang.

“Selamat malam, Aza....” Suara yang sangat ia kenal.

“Ya Tuhan..... beli Harya!!!” Aza tak dapat menahan kegembiraannya. Mereka berpelukan....

Made Harya Heins telah menjadi seorang guru besar di beberapa Universitas di Jerman. Saat ini ia dalam perjalanan riset dan secara kebetulan ia membaca koran sore ini dan menemukan peresmian Kevin Montana Fondation oleh Ni Luh Azalea, dan ia segera mencari keberadaan Aza.

“Jadi beli sudah berpisah dengan Selena sejak 4 tahun yang lalu?”

“Yah... kami memang lebih baik berpisah...itu tidak menyakitkan, hanya mungkin sedikit kehilangan setelah bertahun-tahun tinggal bersama” Harya tersenyum.

“Saya turut prihatin...”

“I’m just fine..... Lalu apakah ada rencana untuk tinggal di Indonesia setelah ini, Za?”

“Entahlah, beli..... saya masih belum berfikir ke sana. Sudah ada teman-teman yang menangani BLK-BLK yang kami dirikan, syukurlah semua berjalan dengan baik. Pemerintah akhirnya mampu menekan angka korban perdagangan manusia beberapa tahun belakangan. Disamping itu pemerintah sendiri juga giat menggalakkan kesadaran akan bahayanya praktek perdagangan manusia, terutama untuk generasi muda....” Aza sangat bersemangat ketika berbicara tentang perjuangannya.

Harya semakin mengagumi wanita yang dulu menjadi tetangganya itu. Dari cara bicaranya menandakan bahwa ia telah tertempa dengan baik. Hasilnya kalimat-kalimat bermakna dengan mulus keluar dari bibir wanita itu. Mereka segera larut dalam obrolan seputar masa kecil di Bali... dan tawa merekapun terdengar cerah malam itu.

Malam itu Aza berjanji akan bertemu Harya karena besok pria itu akan kembali ke Jerman. Sebelum berangkat saat Aza mengenakan high heel, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan dadanya berdebar-debar.... sedetik kemudian ia merasa nafasnya begitu sesak...Aza jatuh pingsan setelah ia menekan tombol di dinding untuk memanggil asistennya.

Sinar putih menyilaukan itu ternyata datang dari sorot lampu kamar... Aza merasa kepalanya sangat berat tetapi ia berusaha mencari tahu keberadaannya.

“Baiklah, madame...... anda sudah sadar rupanya” pria yang berbicara itu ternyata dokter dan ia segera memeriksa kondisi Aza.

“Apa yang terjadi?.... dimanakah saya?”

“Aza... kamu terjatuh di kamarmu.... dan sekarang kamu berada di rumah sakit... tenanglah. Semua akan baik-baik saja... “ Harya menggenggam tangan Aza.

“Apa yang terjadi, beli....” Aza melihat Harya seperti menyembunyikan sesuatu.

“Ah... dokter mendeteksi adanya tumor ganas di uterus...dan sepertinya harus segera di operasi agar tidak menjalar kemana-mana...” Harya menjelaskan perihal penyakit yang di derita oleh Aza.

Made Harya memutuskan untuk menemani Aza selama operasi dan masa penyembuhannya. Ia telah bertekad akan menjaga dan melindungi Aza setelah bertahun-tahun membiarkan Aza menderita. Ia telah mengurus pekerjaannya agar bisa menemani Aza namun tetap bisa menyelesaikan desertasinya.

Harya merasa bersyukur akhirnya Aza mampu melewati masa sulit pasca operasi. Meski masih harus di atas kursi roda, Ia hanya membutuhkan waktu beberapa minggu untuk kembali di kehidupan normalnya. Made Harya berpamitan untuk pulang ke Jerman selama seminggu dan berjanji akan datang lagi. Aza hanya mampu menatap kepergian Made Harya dengan harapan. Ia merasa Made Harya menyembunyikan sesuatu di matanya.

Saat hujan mulai turun dan udara sedikit membeku di akhir bulan Otober ini, Aza mulai menata kembali hatinya untuk menerima seseorang yang lain selain Kevin. Made Harya memang seseorang yang selalu ada di hatinya sejak pertama kali ia mengenal arti sebuah kerinduan. Meski Harya belum mengugkapkan isi hatinya , Aza merasa pria yang sejak kecil telah dikenalnya itu mencintainya...paling tidak Aza bisa merasakan hangatnya pelukan dan eratnya genggaman tangannya. Namun Aza tidak ingin terlalu berharap karena sampai detik ini Harya tidak pernah mengungkapkan perasaan itu kepadanya.

Sore yang sejuk setelah seminggu kepergian Made Harya ke Munchen, Aza tersenyum ketika pria itu datang menemuinya. Made Harya sedikit terpana ketika memasuki rumah Aza malam ini. Di setiap pojok ruangan terdapat rangkaian bunga yang indah dan sepertinya Aza telah mempersiapkan sebuah jamuan makan malam karena ia melihat sebuah meja makan dengan lilin dan perangkat dinner lengkap di atasnya.

“Saya merasa malam ini berbeda atau ini hanya perasaan saya, Za....” Harya mencium pipi Aza lembut.

“Oh ya.... ini adalah perayaan ucapan terima kasih telah melalui hari-hari bersamaku,selesainya desertasi dan sekaligus menyambut kedatangan seorang profesor baru di bidang sains berkebangsaan Indonesia...” Aza tersenyum.

“Ya Tuhan.... darimana kamu tahu semua itu?” Harya juga tersenyum, namun entah mengapa ia terlihat sedikit tegang.

“Sepertinya ada sesuatu..” kalimat itu keluar juga dari mulutnya ketika ia menyadari ada seseorang di ruang tamu yang datang bersama Harya.... seorang wanita........

“Saya akan memperkenalkan seseorang... sebentar ya..” Made Harya meninggalkan Aza di ruangan itu dengan seribu tanya dan prasangka. Jadi selama ini Harya menyimpan seseorang di dalam kehidupannya dan ia tidak pernah tahu!!....ah bodohnya..... Aza tersenyum menyadari kenyataan yang tidak selalu seperti harapannya.

Made Harya memasuki ruang tengah dimana Aza menunggu bersama seorang wanita cantik berambut pirang sebahu. Tubuhnya tidak terlalu tinggi namun indah dengan balutan blouse polos berwarna putih dan rok sedikit di atas lutut. Kakinya jenjang dengan sepatu high heel yang dikenakannya ia tampak sempurna. Aza mengulurkan tangannya saat Harya memperkenalkan wanita itu ………

“Za… kenalkan ini Selena…. “ Ia berkata sambil mengusap lehernya sendiri.

“Hello..I’m Selena….. “

“ Hi…. Nice to meet you, Selena…”

Mereka menikmati dinner dengan perasaan yang sulit di ungkapkan. Aza merasa Selena adalah wanita yang sangat serasi dengan Made Harya. Selain cantik ia terlihat sangat cerdas dan berkelas, sementara dirinya hanyalah mantan seorang wanita panggilan. Ah…. Mengapa tiba-tiba Aza merasa lebih rendah dari wanita di hadapannya?.... yang sangat ia sayangkan adalah mengapa Made Harya tidak pernah menceritakan bahwa ia masih berhubungan dengan mantan istrinya itu?....ia tetap tersenyum berbicara tentang apa saja. Ia berusaha tetap ceria walau ada seribu tanya mengapa Harya membawa Selena di hadapannya.

Harya terlihat sedikit pendiam malam itu. Ia hanya sekali-sekali berbicara dibanding dengan kedua wanita cantik di hadapannya. Setelah menikmati secangkir teh hangat setelah makan malam, mereka tetap berbincang di teras dihiasi dengan bulan yang enggan memancarkan sinar karena tertutup kabut tipis malam itu.

Selena tertarik dengan cerita seputar kegiatan Aza dengan Kevin Montana Fondation dan perjuangannya memerangi human trafficking di seluruh dunia. Aza adalah wanita yang telah tertempa dengan segala keadaan, meski hatinya bertanya-tanya mengapa Selena ada di sini, ia tetap bisa menghadapi dengan senyum manisnya.

Mereka berbicara sampai tidak menyadari bahwa Made Harya telah menghilang entah kemana. Setelah meminta ijin akan menelpon seseorang ia tak tampak segera kembali ke beranda tempat mereka ngobrol bertiga.

“Aza… bolehkan saya bertanya sesuatu kepadamu?”… Selena duduk di sebelah kursi roda Aza.

“Tentu saja…. Ada apa?” Aza merasa sedikit berdebar.

“Apakah Harya sangat berarti bagimu?” Selena tampak serius.

“Tentu saja…. Kami bersahabat sejak masih kecil…. “

“Maksud saya apakah kamu mencintainya?” kali ini nada suara Selena sedikit pelan.

“Ada apa ini?.... “ Aza menjawab setelah itu ia memandang Selena tajam.

“Listen to me, Aza…. Saya telah hidup bersama Harya selama delapan tahun, dan sebelum kami memutuskan untuk berpisah secara baik-baik, saya menyadari bahwa cinta Harya tidak seutuhnya untuk saya…..saya melepaskannya dengan tujuan supaya ia menemukan cinta sejatinya… karena saya tidak bisa hidup dengan pria yang tidak seutuhnya mencintai saya….”

“Lalu…..apa hubungannya dengan saya?” Aza masih belum mengerti apa tujuan Selena menceritakan masa lalu kepadanya.

“Saya memang akhirnya menemukan cinta sejati saya setelah setahun berpisah denga Harya… kami tinggal di Paris, menikah dan memiliki seorang anak… “

“Selamat ya… kalian pasti sangat bahagia….” Ada sebuah kelegaan dalam hati Aza ketika Selena mengatakan bahwa ia telah menikah. Berarti Harya sengaja membawa Selena kepadanya untuk sebuah tujuan…….

“Terima kasih….. ketika kami bertemu di Munchen ia mengatakan bahwa ia telah menemukan cinta sejatinya….it’s that you, Aza….. and I’m so happy…. Harya sangat mencintai kamu sejak pertama kali kami bertemu. Jadi kedatangan saya kemari karena saya ingin melihat sendiri bahwa kamu benar-benar pantas menjadi cinta sejati Harya…. Dan saya telah membuktikan itu…. saya sangat berharap kamu bisa membahagiakan Harya” Selena menggenggam tangan Aza erat.

“Mengapa Harya tidak mengatakan sendiri? “

“Karena saya yang memintanya… saya sangat care dengannya… meski kami berpisah namun ia merupakan masa lalu saya… kami menjadi keluarga saat ini… jadi maafkan saya jika menurut kamu saya terlalu ikut campur masalah ini….”

Selena segera pamit setelah beberapa saat kemudian suami dan anaknya menjemputnya. Mereka ternyata sedang dalam liburan awal musim dingin. Ia memeluk Aza dan segera meninggalkan rumah mewah itu. Meninggalkan Harya yang memandang Aza dengan tatapan penuh harapan. Sementara Aza tetap dengan senyum tipisnya. Aza merasa Harya telah mempermainkan perasaannya malam ini……huft… sial… ia berfikir malam ini akan kehilangan Harya….ia hampir putus asa saat melihat Selena tadinya…. ternyata Tuhan masih menyayanginya… ia mengembalikan cinta sejatinya setelah sekian lama terpisahkan….. Aza juga sangat mencintai Harya… Aza tersenyum dan menggelengkan kepala…..

“Za….. ada apa?.... apa arti senyummu itu?” Aza tersadar kalau ternyata Harya memperhatikannya.

“Hmmmm……. Nothing……”

“Za….. what?”

“Nothing serious…”

“Za…. Please!!” …………………………………….END*****




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline