Beberapa saat yang lalu saya itu sedang bergabung dikomunitas hits kumpulan anak-anak yang terkenal "Wew", iya "Wew" saya gunakan disini mengungkapkan kespeechless-an saya. Tentu jadi kehormatan untuk saya, sebagai butiran debu ini bisa bersama dengan mereka. Minimal mendompleng popularitas lah.
Tapi ya begitulah, jadi teringat quotes yang pernah diucapkan mantan gebetan saya di SMA yang sekarang kalo di DM di ig cuma di R aja menyatakan bahwa "Hidup itu sepaket, kamu harus terima manis dan pahit. Pilihanmu, mau menghabiskan yang manisnya dulu atau pahitnya dulu atau seimbang manis dan pahit?" Iya tragedi itu muncul ketika ada kertas sialan yang terpampang di mading ruang transit. Pengumuman IPK tertinggi.
Dari 8 orang disitu 7 diantara pemegang IPK tertinggi angkatan, luar biasa bukan komunitas ini? Diantara semuanya hanya satu orang yang tidak mendapatkan predikat itu. Coba tebak siapa?
Iya, siapa lagi kalo bukan saya wkwkwkwwk
Saat itu saya merasa kasta saya langsung turun, bukan lagi Sudra. Tapi Paria (Gembel). Harkat martabat saya yang dikenal anak hobby argumentasi langsung patah karena pengumuman itu. Anggapan orang pun langsung melabel "wah berarti selama ini dia omong kosong tanpa dasar".
Kalo masalah IPK sih jujur saya gak begitu peduli nama saya terpampang atau enggak. Sedari kecil Papa yang notabene seorang guru matematika bersabda "Jangan pernah mendapatkan nilai bagus untuk pujian, belajar karena kamu tahu kamu butuh belajar dan jadi pintar, papa gak akan kasih hadiah untuk kamu karena nilaimu bagus, atau hukuman karena nilaimu jelek. Lakukan untuk dirimu sendiri."
Sedari diri saya diajarkan konsekuensi hidup, bahwa kenapa saya harus melakukan sesuatu? Apa motivasinya? Papa saya menasihati, bangku pendidikan itu bukan kompetisi, tapi ibarat minum. Kamu harus menjadikan dia sebagai proses nikmat untuk melepaskan dahaga akan ilmu pengetahuan. Indah sekali menjadi tahu banyak hal tuhhh (I love you full papaku yang bijak dan galak)
Jadi sedari kecil, saya terbiasa berfikir logis untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak tahu apa tujuannya? Seperti berjuang untuk orang yang tidak mencintai saya #eaaaaa
IPK itu penting, penting banget, siapa yang ngomong gak penting? Cariin golok aja (suruh ngupas kelapa muda maksudnya).
Tapi yang salah adalah ketika seseorang cuma mementingkan formalitas dan mengabaikan substansi.
Kok Formalitas? Bukannya IPK itu artinya bahwa kita sudah belajar sungguh-sungguh?