Lihat ke Halaman Asli

Kesetaraan Gender dan Ras

Diperbarui: 11 September 2023   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkenalkan nama saya Widya Atmayning Tyas, saya lahir di Blitar Jawa Timur pada 08 Mei 2023. Saya beragama Islam dan berkewarganegaraan Indonesia. Saya anak ke 2 dari 2 bersaudara, saya memiliki seorang kakak. Saya tinggal di Tegalasri, Wlingi, Blitar. Di sini saya akan membahas topik kesetaraan gender dan ras.

Keberagaman yang terjadi pada masyarakat multikultural, seperti halnya yang terjadi di Indonesia, dalam analisis gender bersumber dari budaya patriarki yakni diartikan sebagai sebuah sistem yang menganggap laki-laki dan perempuan berada dalam relasi dominasisubordinasi (Beauvoir, 2003; Tong, 2010). Dalam hal ini, yang menduduki posisi dominasi adalah laki-laki dan perempuan menduduki posisi subordinasi. Dengan adanya relasi tersebut menyebabkan adanya ketidakadilan gender yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. 

Dalam sistem patriarki, sebagaimana yang terjadi di Indonesia, perempuan hidup dalam situasi yang lekat dengan penindasan dalam kehidupan yang beragam dan berbeda sebagai fenomena makroskopis. Dalam sistem patriarki, struktur sosial terdiri dari batasan dan hambatan yang terstruktur, beberapa perubahan mungkin terjadi, dan yang lainnya tidak. Sebagai sebuah penindasan, banyak larangan dan batasan bagi perempuan yang diinternalisasikan dan dikendalikan sendiri oleh tuntutan dan harapan yang dipaksakan oleh kebutuhan, selera, dan tirani sebagai akar dari budaya patriarki (Frye, 2019).

Keadilan dan diskriminasi masih sangat dimungkinkan untuk terjadi dalam masyarakat Indonesia, seolah merupakan hal yang biasa dan dinormalisasi dengan berbagai permasalahan sosial yang tidak hanya melibatkan dikotomi antara laki-laki perempuan, anak dewasa, tua muda saja. Lebih jauh, ketidakadilan dan/atau ketidaksetaraan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia dewasa ini dapat dipahami terjadi dengan lintas ras, etnis/ suku bangsa, agama dan kepercayaan, latar belakang budaya, dengan identitas yang berbeda mengingat keberagaman yang terjadi di Indonesia. 

Berbagai ketimpangan yang terjadi menunjukkan bahwa peran dan posisi perempuan di dalam masyarakat Indonesia saat ini masih belum mencapai kesetaraan. Hal ini juga ditandai dengan munculnya Islamophobia, munculnya golongan kelas sosial yang juga melibatkan perempuan sendiri dalam interaksi sosial di masyarakat (seperti komunitas arisan, perkumpulan sosialita, aliansi perempuan). Kelas sosial yang muncul dewasa ini di Indonesia, juga ditandai oleh perempuan selaku aktor elite sosial yang ingin dianggap berbeda dari perempuan lainnya, dari kelas sosial bawah menuju masyarakat kelas menengah atas. Hal ini menjadikan dinamika keberagaman di Indonesia terus diwarnai dengan berbagai fenomena sosial yang menarik untuk dikaji.

Dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia masih banyak ditemui kejadian atau fenomena yang tidak menggambarkan kesetaraan gender sekalipun mulai ada perwujudan regulasi tersebut. Perilaku diskriminasi masih banyak ditemui dalam hubungan sosial masyarakat yang menyudutkan salah satu pihak, yakni perempuan, dan anak sebagai grup komunal yang ada dalam masyarakat Indonesia. Hal ini muncul karena penerimaan pembuat regulasi masih belum sepenuhnya memahami pentingnya interseksionalitas sebagai konsekuensi dari masyarakat multikultural di Indonesia. Terlebih, masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa adanya perbedaan sudut pandang, pemikiran dan berbagai stigma sosial merupakan kewajaran atas perbedaan dikotomi antara jenis kelamin, laki-perempuan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline