Lihat ke Halaman Asli

Devisa dan Pelemahan Rupiah

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penurunan nilai rupiah yang telah berada pada kisaran Rp. 13.000 telahmenunculkan banyak spekulasi di masyarakat. Penguatan dollar ini diyakini oleh sebagian orang masih akan berlangsung untuk beberapa saat. Akibatnya, banyak masyarakat yang ‘berbondong-bondong’ untuk menukarkan rupiahnya menjadi dollar. Aksi ini dilakukan dalam upaya menyelamatkan kekeyaan mereka dari pelemahan rupiah terburuk selama 17 tahun terakhir ini.

Pelemahan rupiah memang telah menjadi berita yang terus diburu oleh sebagian orang belakangan ini. Walaupun Bank Indonesia telah gembar-gembor mengatakan perekonomian masih aman, nyatanya tidak semua orang dapat duduk tenang karenanya. Spekulasi akhirnya pun mencuat. Menyimpan kekayaan dalam bentuk dollar dirasa merupakan opsi yang mengiurkan. Akibatnya cadangan devisa Negara berkurang.

Akibat Buruk Pada Cadangan Devisa

Pengurangan cadangan devisa bisa terjadi dari beberapa sisi. Pertama, dari sisi neraca perdagangan berupa meningkatnya biaya impor. Sampai saat ini, Negara Indonesia masih bergantung pada barang impor. Tingginya konsumsi komoditi impor ini mau tidak mau akan meningkatkan devisa yang harus dikeluarkan Bank Indonesia. Belum lagi bagi pelaku bisnis yang menggunakan bahan baku impor, penurunan nilai mata uang ini menjadi momok tersendiri bagi pelaku bisnis Indonesia.

Penyebab kedua adalah spekulasi pada pasar modal. Pelemahan nilai rupiah yang terjadi saat ini berakibat pada gejolak pasar saham di Indonesia. Aliran dana modal yang terlihat dari pergerakan IHSG kian tertekan. Dalam data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan rabu (11/3), investor mencatat penjualan bersih disemua pasar senilai Rp 1,007 triliun. Jumlah ini terdiri dari penjualan bersih di pasar regular Rp 667 milyar dan sisanya di pasar negosiasi. Dana investor yang mengalir keluar dari bursa efek Indonesia (BEI) senilai lebih dari 1 triliun dalam 3 hari perdagangan terakhir.

Menanggapi pelemahan rupiah yang dapat membawa dampak berkepanjangan, Bank Indonesia telah dikabarkan akan melakukan intervensi pasar. Intervensi pasar dilakukan dengan pembelian SBN pada pasar sekunder, pembelian obligasi daerah, dan lain-lain. Intervensi ini nantinya akan menigkatkan nilai rupiah melalui peningkatan peredaran dollar.

Disisi lain, ada kekhawatiran yang muncul terkait pengambil langkah dalam melakukan intervensi pasar oleh bank indonesia. Pasalnya, intervensi besar-besaran ini akan mengurangi cadangan devisa bank Indonesia. Walaupun cadangan devisa telah digadang-gadangkan meningkat dari nilai pada tahun kemarin, namun tetap saja intervensi pasar ini akan menggerus devisa secara besar-besaran.

Sebenarnya, pelemahan rupiah saat ini tidak akan membawa Indonesia pada krisis mengingat factor fundamental ekonomi Indonesia yang kuat. Tetapi yang membahayakan dari pelemahan ini adalah spekulasi yang tercipta dari pelemahan itu sendiri. Terlebih lagi dengan aksi penarikan dana yang dilakukan investor asing pada pasar modal. Maka dari itu Indonesia harus berbenah diri untuk memperbaiki nilai rupiah ini.

Pada akhirnya, pelemahan nilai rupiah ini akan menggerus cadangan devisa Negara melalui berbagai cara. Namun pengurangan cadangan devisa ini tak perlu terlalu dikhawatirkan. Indonesia masih mempunyai kesempatan untuk menambah cadangan devisanya melalui banyak cara, misalnya ekspor. Terlebih lagi, pelemahan rupiah perlu segera ditangani demi menghindari akibat berkelanjutan yang mungkin ditimbulkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline