Lihat ke Halaman Asli

Widya Arumsari

GURU SEJARAH SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

Melaksanakan Demokrasi Melalui Kampanye di Media Sosial

Diperbarui: 5 Oktober 2023   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

MELAKSANAKAN DEMOKRASI MELALUI KAMPANYE DI MEDIA SOSIAL

Arafah Nazarizqha Pinky Wijaya, Hafidatul Fauziah, Maryam Salma As Syiifaurrahmah, Sania Hilya Huril Firdaus, Zahrotul Jannah 

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno dmokrata "kekuasaan rakyat", yang terbentuk dari dmos "rakyat" dan kratos "kekuatan" atau "kekuasaan" Demokrasi yang dipraktikkan pada waktu itu adalah demokrasi langsung, artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga negara. Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Indonesia merupakan negara demokrasi. Demokrasi lahir seiring dengan perjalanan bangsa Indonesia yang mengalami berbagai peristiwa. Proses demokratisasi pun mengalami pasang surut sepanjang sejarah perjalanan bangsa Indonesia sampai pada saat ini.

Demokrasi dalam media sosial di SMA Al - Islam 1 Surakarta lebih efektif, dibuktikkan dengan bergantinya demokrasi dalam bentuk kampanye,sebelumnya SMA Al - Islam 1 Surakarta masih menggunnakkan kampanye secara manual dengan kertas, sekarang telah diubah menjadi kampanye di media sosial yang memperbolehkan warga sekolah untuk mengkomentari atau menyukai sebagai bentuk demokrasi.

Salah satu keuntungan utama dari media sosial dalam konteks demokrasi adalah kemampuannya untuk memberikan suara kepada individu yang sebelumnya tidak memiliki platform untuk berbicara. Melalui media sosial, setiap orang dapat dengan mudah menyampaikan pendapat, membagikan informasi, dan terlibat dalam diskusi politik. Hal ini memungkinkan berbagai pandangan dan suara untuk didengar dan dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan politik.

Tentu saja, ada juga tantangan dan risiko yang terkait dengan penggunaan media sosial dalam konteks demokrasi. Misinformasi dan penyebaran berita palsu dapat dengan mudah menyebar melalui platform ini. Oleh karena itu, penting bagi pengguna media sosial untuk berhati-hati dan kritis dalam menyaring dan memverifikasi informasi sebelum membagikannya. Di samping itu, media sosial juga dapat menjadi tempat bagi ekspresi kebencian, pelecehan, dan intimidasi politik. Hal ini dapat menghambat partisipasi politik individu yang merasa takut atau terintimidasi oleh serangan online.

SMA Al - Islam 1 Surakarta mengadakan Pemilihan calon ketua OSIS yang diselenggarakan 1 tahun sekali. Seluruh siswa-siswi memilih kandidat calon ketua OSIS sebagai ketua OSIS periode selanjutnya dan menggantikan ketua OSIS periode lama. Maka dari itu, seluruh kandidat calon ketua OSIS melakukan kampanye di media sosial yang ditujukan untuk seluruh warga sekolah. Alasan kampanye tersebut dilakukan karena untuk menarik perhatian dari warga sekolah terkait dengan visi misi yang dimiliki oleh setiap kandidat calon ketua OSIS.

Demokrasi dalam media sosial diterapkan di lingkungan SMA Al Islam 1 Surakarta salah satu contohnya adalah e-voting pemilos dan kampanye pemilos di media sosial. Persiapan e-voting dilakukan seminggu sebelum evoting dilaksanakan dan panitia berfikir bagaimana caranya agar sistem e-voting dapat berjalan dengan lancar saat digunakan. Tiga hari sebelum dilaksanakan e-voting Pemilos, panitia melakukan simulasi untuk mencoba sistem agar dapat diketahui sistem e-voting tersebut dapat berjalan dengan lancar atau tidak.

E-voting Pemilos Ini diikuti oleh 1103 siswa-siswi SMA Al Islam 1 Surakarta. Sekitar 932 orang memilih dan terdapat 171 siswa yang tidak memilih. kandidat pertama bernama Radja Faiz Daniswara mendapat 183 suara, Kandidat kedua bernama Abna Fayad Ghifari mendapat 331 suara, Kandidat ketiga Raden Haryo Bimo Kusumo Nagoro mendapat 592 suara

Secara keseluruhan, media sosial diharapkan memberikan potensi besar untuk memperkuat demokrasi dengan memberikan suara kepada individu dan menerapkan nilai demokrasi. Namun, tantangan dan risiko yang terkait dengan penggunaan media sosial juga perlu diatasi untuk menjaga integritas demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline