Saya tidak menyangka pekerjaan saya sebagai dokter gigi ternyata dapat mengaduk-ngaduk perasaan saya.
Sekarang saya sedang sedih. sehingga untuk menyalurkan kesedihan saya akhirnya saya menulis ini.
***
Ketika saya baru lulus menjadi dokter gigi, saya membayangkan diri saya praktek di klinik gigi bonafit, dengan pasien yang cantik dan ganteng, bersih, wangi, sehat, namun dengan permasalahan gigi, kemudian saya hadir memperbaiki giginya, lalu pasien tersenyum puas karena giginya berhasil saya perbaiki.
Saya membayangkan saya menjadi dokter gigi "cantik" dengan baju yang rapih, dengan rambut tertata rapi dengan sepatu high heels.
Dan saya berpikir saya setelah menjadi dokter gigi akan menjadi dokter "kaya", seperti kata ibu saya dulu, "Tuh dokter giginya ibu waktu dulu, rumahnya besar, mobilnya banyak, pasiennya banyak, antreee"
Yap! Menjadi dokter gigi yang "cantik", "rapi" dan "banyak uang" adalah harapan saya dengan menjadi dokter gigi.
Satu bulan setelah sumpah dokter gigi, ada lowongan menjadi dokter gigi PTT dari Kemenkes, saya mendaftar dan diterima.
Lalu selang 3 bulan setelah saya sumpah dokter gigi, saya berangkat ke Pulau Nias.
Saya tahu menjadi dokter gigi PTT jauh dari impian saya, tapi ini adalah demi saya mendapat surat yang saya pikir adalah surat sakti untuk berkerja sebagai dokter gigi di tempat praktek yang bonafit, yaitu Surat Keterangan Selesai Masa Bakti.