Lihat ke Halaman Asli

Widya Rahmawati

Menulis Untuk Keabadian

Ilusi

Diperbarui: 9 April 2020   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

    Kepalaku pusing,mataku berusaha menilik sekeliling. Ada banyak pohon di sekelilingku,aku tergeletak sendirian di atas lumpur. Sekujur tubuhku sulit di gerakkan,kakiku sakit sekali. Setelah ku ingat-ingat aku terperosok ke jurang saat turun dari gunung. Memang aku sangat keras kepala,mendahului teman-temanku menuruni gunung sendirian. Ku kira ini mudah,ternyata alam tak bisa di buat mainan.

Kini aku harus sendirian menahan pedi tak terperi. Aku rindu kamarku,aku ingin pulang saja tapi bagaimana caranya? Aku mencaci diriku sendiri mengapa jadi seceroboh ini? Tiba-tiba ada setitik cahaya yang datang dari arah langit. Perlahan turun persis di samping aku terkulai lemah. Aku memejamkan mata dengan sesekali membukanya sedikit. Ah sialan! Jangan bilang ini hantu,batinku.

Cahaya itu perlahan berubah wujud menjadi sosok perempuan. Rambutnya panjang tapi bukan kuntilanak,parasnya ayu rupawan,kulitnya halus dan bersinar,matanya bening. Datang memakai kemban ala bidadari khayangan seperti dongeng Jaka Tarub. Manis sekali. Ah,apalagi ya? Dia terlalu indah untuk ku deskripsikan dengan aksara. Apakah aku sedang bermimpi? Ku gigit bibirku sendiri hanya untuk memastikan apakah ini mimpi atau bukan? Aw ternyata sakit juga. Lalu ku buka mataku perlahan. Diapun membuka matanya,lalu terheran melihatku.

     "Kkk..kamu manusia?",tanyanya sedikit ketakutan.

      "Ya,aku manusia. Tidak usah takut begitu,aku manusia baik-baik. Memangnya kamu ini siapa? ",tanyaku balik.

     "Aku Alkmene dari negeri langit. Ini adalah tempat di bumi yang biasa aku datangi ketika aku sedang bersedih",jawabnya.

      "Jadi kau betulan putri khayangan? Kukira ini hanya ilusi saja. Oh iya perkenalkan namaku Alegori aku berada disini karena terpelet saat menuruni gunung dan tak ada satu orang pun yang tahu. Seluruh tubuhku sakit dana kubtidak tahu harus bagaimana",ceritaku padanya panjang lebar. 

Lalu dia menghampiriku dan menyentuh dahiku sambil memejamkan mata.  Beberapa menit kemudian tubuhku terasa membaik dan kakiku kembali bisa di gerakkan. Aku pun bangkit dari lumpur-lumpur itu. Setelah itu kami berbincang,duduk diatas pohon yang tumbang. Alkmene bercerita bahwa dia dipaksa untuk menikah dengan seorang raja yang tidak ia cintai oleh ayahnya.

        "Hatiku kacau dan kemarilah tempatku menghibur diri",kata Alkmene.

Aku yang memahami perasaannya pun mencoba menghibur dan memberinya sedikit solusi atas apa yang menjadi masalahnya kini. Kitapun tertawa bersama dan bertukar cerita. Dia mendeskripsikan kehidupan di negeri langit dan aku menceritakan kehidupan di dunia.

       "Aku senang semesta mempertemukan aku denganmu,Alegori",katanya sambil merekahkan bibirnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline