Perkembangan teknologi yang semakin cepat dan pesat di Negara maju maupun di negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Indonesia merupakan Negara yang berkembang dalam perkembangan teknologinya dan mampu menyesuaikan dengan Negara-negara lainnya yang maju juga dalam hal teknologinya. Teknologi muncul dalam berbagai macam jenis dan berbagai macam fitur dari teknologi yang selalu baru dari hari ke hari. Dimulai dengan adanya munculnya telepon koin, telepon genggam (HP), hingga saat ini seluruh masyarakat yang lebih akrab dan lebih mengenalnya dengan istilah gadget yang sebagai suatu bukti kecanggihan dalam perkembangan teknologi saat ini (Yana, 2021).
Gadget adalah alat elektronik yang memiliki pembaharuan dari hari ke hari sehingga membuat hidup manusia lebih praktis (Mayenti & Sunita, 2018). Seiring dengan adanya perkembangan Ipteks, hal ini sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia baik dari segi pola pikir maupun dari segi perilaku. Dahulu, gadget hanya dapat digunakan dikalangan usia dewasa untuk berkomunikasi dan urusan pekerjaan. Namun untuk sekarang, tidak hanya pada kalangan dewasa akan tetapi juga digunakan dikalangan usia anak-anak yang berusia 7-11 tahun atau bahkan gadget juga bukan barang asing untuk anak-anak usia 3-6 tahun yang belum layak untuk menggunakan gadget (Yanizon et al., 2019).
Penggunaan gadget mendominasi kehidupan anak-anak sekarang ini. Jumlah penggunaan gadget pada anak meningkat hampir dua kali lipat, dari angka 38% menjadi 72% (Nurhidayah et al., 2019). Berdasarkan Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet pada usia anak 5-9 tahun mencapai 25,2 % dari seluruh pengguna gadget. Dari segi usia, anak usia dini (pra sekolah) dan remaja menduduki tempat yang cukup tinggi yaitu 79,9% (APJII, 2019). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari keseluruhan sejumlah 170 anak berusia 36 tahun, sejumlah 166 anak sudah menggunakan gadget dengan durasi 0,55 jam perhari dimana fenomena tersebut banyak dijumpai di kota besar dan di daerah-daerah urban (Fahmi et al., 2020).
Fenomena tersebut memang tidak lepas dengan diberlakukannya pasar bebas dunia di Indonesia termasuk dalam sasaran utama dalam penjualan produk-produk elektronik khususnya teknologi gadget. Gadget yang awalnya hanya mampu dibeli oleh masyarakat yang mempunyai penghasilan tinggi, tetapi untuk sekarang masyarakat yang mempunyai penghasilan pas-pasan ataupun yang mempunyai penghasilan rendah mampu membeli gadget dengan harga yang murah maupun masyarakat bisa dengan melakukan sistem pembayaran secara berkala. Selain itu pula, tak jarang sekarang banyak produsen-produsen gadget sengaja menjadikan anak-anak sebagai target pemasarannya (Yanizon et al., 2019).
Penggunaan gadget bagi anak-anak bagai dua mata pisau, karena di satu sisi gadget dapat memberikan dampak positif, namun di sisi lain juga dapat memberikan dampak negatif. Sedangkan dampak positif dalam penggunaan gadget dikalangan anak-anak yaitu dapat berkembangnya imajinasi, melatih kecerdasan, meningkatkan rasa percaya diri, mengembangkan kemampuan dalam membaca, matematika dan pemecahan masalah (Solikah et al., 2022).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget pada anak-anak dapat memberi ruang baru untuk eksplorasi dan penemuan-penemuan baru, menawarkan kegiatan menantang, merespon rasa ingin tahu, mempertahankan kemandirian, memberikan permainan yang dapat menghibur dan menarik, meningkatkan kreatifitas anak dan meningkatkan minat belajar anak (Fahmi et al., 2020).
Akan tetapi penggunaan gadget secara berlebihan akan berdampak negatif di kalangan anak-anak salah satunya adalah gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan ini dapat timbul karena adanya radiasi yang terdapat pada gadget sehingga dapat merusak pada sistem jaringan syaraf dan otak anak, dimana anak dapat menurunkan daya aktif dalam melakukan suatu interaksi kepada orang lain dan juga dapat merusak gangguan kesehatan mata pada anak sehingga mata anak cenderung akan cepat mudah rabun di usianya yang masih terbilang dini (Yana, 2021).
Kewaspadaan terhadap perilaku anak-anak yang kecanduan gadget harus ditingkatkan karena akan menurunkan kualitas kesehatan mereka, seperti gangguan pada mata, gangguan tidur dan saraf sehingga terkadang sering merasa pusing secara tiba-tiba serta disisi lain penggunaan gadget yang berlebihan akan membuat anak cenderung lebih diam terlalu lama sehingga perkembangan kesehatannya akan terganggu dan anak akan mengalami obesitas karena menyebabkan anak menjadi malas untuk bergerak atau melakukan aktivitas yang lain (Chaidirman et al., 2020).
Ketika anak-anak yang telah kecanduan gadget, maka akan membuat anak sering merasa gelisah jika akan dipisahkan dengan gadget tersebut. Sehingga waktu yang mereka miliki akan habis untuk bermain gadget (Nurhaeda, 2018). Oleh karena itu tidak hanya kurangnya kedekatan antara orang tua dan anak-anak, namun anak tersebut cenderung menjadi anak yang lebih introvert. Selain itu, tanpa kita sadari anak-anak sering menerapkan "What You See is What You Get". Penerapan ini sangat memiliki makna yaitu apa yang dilihat oleh anak adalah sebuah pelajaran, apa bila tanpa bimbingan yang terarah dan terpadu dari orang tua dan keluarga, perkembangan anak akan mengarah pada sisi negatif (Listiyani et al., 2019).