Lebaran yang paling saya ingat adalah saat-saat lebaran di Kalimantan Tengah, tepatnya di kota kecil bernama Sampit. Walau ada tanggal lebaran yang berbeda, kami tetap saling menghargai satu sama lain. Apalagi penduduk yang tinggal di daerah komplek rumah saya sangat beragam karena kebanyakan dari kami adalah pendatang. Mulai dari kepercayaan atau agama sampai status sosial yang di komplek perumahan kami berbeda-beda. Tapi, hal itu tidak menjadi hambatan bagi kami untuk saling bersosialisasi bahkan menjadi penduduk yang damai dan akrab. Salah satu yang membuat kami menjadi akrab yaitu adanya tradisi di komplek perumahan kami untuk menghargai setiap acara ibadah pemeluk agama lain. Saat Hari Nyepi tiba, kami selain pemeluk agama Hindu menjaga tingkah kami agar tidak mengganggu keluarga Hindu yang sedang berdiam diri di dalam rumah. Saat Hari Gulungan kami para tetangga juga berkunjung kerumah keluarga Hindu, dan menikmati beragam santapan yang mereka berikan. Saat Hari Natal tiba, kami para tetangga juga berbondong-bondong berkunjung ke rumah para pemeluk agama Kristen untuk menghargai mereka, walau kami sekeluarga tetap tidak mengucapkan kata selamat. Begitulah keadaan di komplek kami saat hari-hari besar keagamaan tiba, lalu bagaimana keadaan saat lebaran?
Saat Hari Raya Idul Fitri tiba, suasana komplek kami menjadi ramai. Dan karena kebanyakan penduduk beragama muslim, jadi saat hari lebaran terkesan lebih meriah dari hari perayaan lain mungkin karena banyaknya jumlah penduduk, jadi banyak kue dan makanan berlimpah he he he. Selain itu, tradisi saling meminta dan memberi maaf juga berjalan di komplek perumahan kami, memang berbeda dengan hari besar lainnya. Tradisi meminta dan member maaf juga berlangsung diseluruh kalangan di dalam komplek perumahan kami. Mulai dari penduduk yang muslim saling berkunjung kesesama muslim, kami tidak memandang status sosial seperti kekayaan,pangkat dan lainnya, karena kami saling menghargai dan saling membutuhkan. Selain berkunjung kesesama muslim, kami juga menerima kunjungan dari penduduk non muslim, kami saling memaafkan dan bersenda gurau bersama, tak tampak perbedaan apapun dari kami, kecuali hanya keyakinan yang memang tidak bisa diganggu gugat. Perayaan lebaran di komplek perumahan kami secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan tradisi di komplek kami menjadi lengkap. Kami belajar mengenal dan menghargi beragam keanekaragaman Bangsa Indonesia. Dan dengan lebaran, kami menyatukan kembali retak-retak silaturahmi yang mungkin terjadi pada kami selama sebelum lebaran. Perayaan Lebaran memang selalu berkesan setiap tahunnya, tapi yang paling berkesan adalah saat perayaan Hari Raya Idul Fitri tidak hanya ada terlaksananya tradisi saling memaafkan tetapi Hari Raya Idul Fitri bisa menjadi sarana untuk menyatukan berbagai kalangan di masyarakat, karena di dalam agama Islam tidak pernah diajarkan untuk saling membeda-bedakan status sosial. Semoga lebaran tahun ini dapat menjadi ajang silaturahim dan wadah untuk menyatukan berbagai kalangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H