Modernisasi Pertujukan Wayang Kulit
Tung Widut
Wayang kulit akhir-akhir ini mencuri perhatian penonton. Setelah Corona kesenian satu ini menjadi hit. Banyak disukai penonton sampai menumbuhkan idola anak muda baru seperti Niken Salindri, Prigel, Nanda Sari, Ki Akbar Syahalam, Sigit Arianto dan sebagainnya. Bukan hanya sinden dan dalang netizen juga menggemari pelawak seperti Slemthem, Dodok, Andik TB dan sebagainya.
Idola baru tersebut tidak lepas dari pertujukan wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit sebagai induk mereka tampil di panggung.
Pada jaman dahulu seni pertunjukan wayang hanya sebuah pertunjukan sebagai seni sakral. Seni yang memiliki aturan ketat dalam pertunjukan. Tidak boleh berdiri diantara gamelan, sinden tidak boleh berdiri, dalang tidak boleh berdiri dan sebagainya. Hal tersebut dianggap tabu. Tidak punya unggah ungguh dan masih banyak aturan-aturan nilai lain.
Lawakan atau lelucon hanya pada limbuk an saja. Hanya humor dalang dalang semata. Tanpa tambahan bintang tamu atau sinden yang menyanyi.
Sekarang ini saat sebelum penampilan wayang kulit ada yang menampilkan para sinden melalui campursari. Sinden menyanyikan lagu-lagu yang sedang populer sebelum dalang masuk panggung pertunjukan. Biasanya dimulai satu jam sebelum wayang dimulai.
Setelah itu barulah dalang masuk. Pertunjukan wayang dimulai .
Limbukan dahulu rata-rata sekitar jam dua belasan. Tapi sekarang jam sebelas sudah mulai libukkan. Hal ini karena penggemar wayang sekarang semakin beragam. Semakin beragam penggemar wayang beragam pula keinginan sebagai hiburan. Artinya wayang sekarang cenderung sebagai tontonan yang dinamis sesuai tuntutan jaman. Bukan semata sebagai tatanan kuno yang mempunyai kesan manggis. Tatanan yang disampaikan berupa tatanan kehidupan keseharian. Sehingga pertunjukan wayang bisa diterap sebagai tuntunan hidup sehari-hari. Lengkap sudah fungsi pertujukan wayang sebagai tontonan, tuntunan dan tatanan.
Perubahan dalam pagelaran wayang harus disambut dengan positif. Perubahan tersebut agar wayang diterima oleh masyarakat sekarang. Perubahan yang dilakukan dalang tidaklah sama. Ki Anom Dwjokangko dalam pagelaran wayang pada bersama Dwijo Laras Indonesia di desa Munggur kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar dengan Lakon Banjaran Wisanggeni pada tanggal 12 Juli 2025. Bintang tamu Niken Salindri, Dodok dan Komet.
Modernisasi ini berupa bintang tamu di tampilkan sebelum limbukan. Bintang tamu Niken Salindri menyanyi saat adegan munculnya Wisanggeni dari kawah Candradimuka. Saat itu Niken Salindri membawakan lagu Taman Jurug.